Langsung ke konten utama

Tolak Pungli, GTT Dipecat

JOMBANG – Dugaan adanya pungutan liar (pungli) terhadap tunjangan fungsional buat guru tidak tetap (GTT) yang ada dilingkungan Departemen Agama Kabupaten Jombang, kembali terjadi.

Dugaan, aksi sunat menyunat tunjang fungsional untuk GTT sebesar Rp100,000 – 1200.000 itu terjadi dilingkungan Yayasan Miftahul Huda, Desa Sepanyul Kec Gudo Kab Jombang. Diduga aksi tersebut dilakukan oleh pihak Ketua Yayasan dengan diketahui oleh pihak Kepala Sekolah.

Lilik Mamluhah (26), sala satu korban yang juga salah seorang guru honorer yang mengajar di RA (Raudhotul Anfal) Miftahul Huda, mengaku jika tunjangannya telah dipotong oleh pihak ketua yayasan. Sebelumnya, Lilik mengaku gembira jika tunjangan fungsional yang dikucurkan oleh pemerintah melalui Departemen Agama (Depag) itu bakal diterimanya dengan utuh. Namun, harapan itu kemudian pupus, lantaran ‘keserakahan’ pihak yayasan yang dengan sengaja memangkas tunjangan tersebut.

Dikatakan Lilik, seminggu, setelah ia menerima tunjangan fungsional sebesar Rp 2,4 juta itu. Ketua Yayasan Miftahul Huda, Nur Wachid (45), bersama dengan Ketua Komite Sekolah, Sja’am (34), langsung mendatangi sekolah tempat ia mengajar. Dengan disaksikan kepala RA, Munashofah (32), kedua orang itu langsung meminta potongan sebesar 50% dari tunjangan yang ia terima. Merasa bahwa gaji yang dia terima itu adalah haknya, korban pun langsung menolak permintaan kedua orang itu.

“Dulu, gaji saya juga pernah dipotong Rp.100 ribu, kok sekarang dipotong lagi, malah lebih besar lagi,” terangnya.

Alhasil, penolakan Lilik tersbut akhirnya dibalas oleh pihak yayasan dengan surat pemecatan. Dalam surat bernomor 01/YY.MH/II/2008 itu tertulis bahwasannya sejak tanggal 13 Februari 2008 korban sudah dipecat dari jabatannya sebagai guru honorer. “Masak saya hanya tenya saja kok dipecat, itukan tidak adil,” keluh Lilik.

Sementara, Kepala RA Miftahul Huda, Munashofah, ketika dikonfirmasi terkait hal itu membenarkan bahwasannya Lilik telah dipecat oleh pihak yayasan. Bahkan, selain ketua yayasan dan ketua komite, dirinya juga turut menandatangani surat pemecatan tersebut. Meski demikian, Munashofah tidak berani mengatakan alasan pemecatan terhadap Lilik. Pihaknya hanya mengatakan jika yang paling tahu masalah pemecatan Lilik adalah ketua yayasan alias Nur Wachid.

“Masalah pemotongan dan pemecatan terhadap Lilik yang paling tahu adalah pak Nur Wachid. Saya disini hanya melaksanakan tugas dan tidak mempunyai kebijakan. Tolong tanyakan saja kepadanya,” kata Munashofah polos.

Sayangnya, Nur Wachid, ketika hendak dikonfirmasi masalah tersebut buru-buru meninggalkan rumah dan cenderung menghindar. Menurut keterangan beberapa warga, setelah mengetahui kedatangan wartawan, ketua yayasan ini langsung ngacir. “Bapak baru saja keluar,” pungkas istri Nur Wachid sembari menutup pintu.(amer)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korban Ryan Tembus 11 Orang

Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...

Jelang Eksekusi Mati, Sumiarsih Isi Waktu Latih Napi Bikin Selimut

Kendati hendak di eksekusi mati. Sumiarsih , 65 , otak pembunuhan berencana lima anggota keluarga Letkol Marinir Purwanto di Surabaya, 20 tahun silam, nampak pasrah menghadapi rencana eksekusi Kejagung bulan ini. Bahkan sesekali ia terlihat tegar bersama rekan-rekannya di LP Porong, dengan melakukan kegiatan membuat selimut dari tempat tisu. Dengan mengenakan seragam Napi (narapidana) Lapas Wanita Malang warna biru tua, mata Sumiarsih tampak sayu. Demikian pula wajahnya yang dihiasi garis-garis keriput juga terlihat lelah dan sayup. Namun, Mbah Sih, panggilan akrab- Sumiarsih di antara sesama napi, tetap ingin tampil ramah. "Saya habis bekerja di Bimpas (Bimbingan Pemasyarakatan). Bersama rekan-rekan membuat tempat tisu ini," kata Sumiarsih sambil menunjukkan beberapa hasil karyanya di ruang kantor Entin Martini, kepala Lapas Wanita Malang, yang berlokasi di kawasan Kebonsari, Sukun, itu. Sudah tiga bulan ini Sumiarsih aktif membimbing para wanita penghuni lapas membua...

Ledakan Tangis Pecah Digang Kecil

Dua Korban Ryan, Berangkat Ke Pusara JOMBANG – Ledakan tangis histeris dari dua tempat korban Very Idam Henyansyah alias Ryan (30), yakni Zainul Abidin alias Zaki (21) dan Agutinus Fitri Setiawan alias Wawan (28), muncul dari rumah duka, di gang kecil, saat mengiringi pemakaman dua jenazah menuju pusara, kemarin. Keberadaan dua rumah duka korban Ryan ini, yang sama-sama mempunyai ukuran 36 ini, berubah seketika saat prosesi peyerahan jenazah. Pihak petugas yang ikut mengawal jenazah pun sempat dibuat repot saat menurunkan jenazah dari mobil, lantaran kelurga korban sudah tak kuasa menahan tangis sembari menarik peti mati. Beberapa pelayatpun tercengang berjajar, di antara gang sempit yang hanya bisa di lalui motor itu. Meski deretan kursi sudah sejak pagi disiapkan oleh pihak perangkat desa yang ikut membantu proses pemakaman kedua jenazah. Namun, setidaknya gang sempit itu menjadi satu saksi tersendiri dari pemakaman kedua korban sang pria gemulai asal Maijo itu. Jenazah Zainul Abidi...