JOMBANG – Meski kenaikan harga minyak goreng (migor) di Jombang terus mengalami kenaikan. Namun, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) setempat, masih belum melakukan Operasi Pasar (OP), lantaran masih menuggu kedatangan mentri.
Dalih Disperindagkop Jombang menunda proses pendistribusian minyak goreng bersubsidi pada untuk 53.000 Keluarga Miskin (gakin) itu lebih disebabkan oleh di barengkannya agenda OP itu dengan kunjungan Mentri Perdagangan RI, Mari Elka Pangestu di desa Bareng tanggal 25 Meret mendatang.
Jafar Jazuri, Kepala Disperindagkop Jombang, saat dikonfirmasi membantah jika tudingan tersebut merupakan alat untuk mencari simpatik kepada Mari Elka Pangestu (MEP). Dirinya mengatakan, bahwa keterlambatan pihakya dalam melakukanoperai pasar itu lebih disebabkan oleh jadwal hasil koordinasi dengan Disperindag Propinsi.
Dikatakan Jafar, keterlabatan menstabilkan harga migor tersebut memang diakuinya. Namun, keterlambatan tersebut lebih disebabkan ketidak siapan Pemerintah Kabupeten (Pemkab) Jombang membiayai OP itu dari APBD.
“Karena pemda tak memiliki cukup anggaran untuk OP migor melalui APBD, terpaksa kita minta bantuan provinsi dan pusat, ” katanya.
Jafar juga menambahkan, bahwa kunjungan Mentri Perdagangan di desa Bareng tersebut tidak ada kaitannya dengan operasi pasar migor yang bakal digelarnya itu. Karena, kunjungan tersebut lebih pada peresmian program Sistem Resi Gudang (RSG) koperasi petani saja.
“G ada kunjungan khusus, hanya memantau program saja, apa salahnya kalau itu dimanfaatkan,” ujar Jafar.
Sementara itu, ditribusi minyak goreng bersubdisi untuk 53 ribu KK Gakin di Jombang, hasil verivikasi Diperindagkop Propinsi untuk kabupaten/kota khusunya di Jombang. Per KK akan mendapatkan subsidi Rp 2500, per liter migornya dengan asumsi kurang lebih 140 ribu liter untuk semua gakin.
Sementara, keterlambatan distribusi migor tersebut sempat dikeluhkan oleh sebagian pedagang kecil dipasar-pasar tradisional. dengan alasan keterlambatan tersebut bisa berakibat pada keuntungan para pedagang yang bakal terancam turun.
Mujiati (32) misalnya, salah satu pedagang di Pasar Bandung Diwek, Jombang. Mengeluhkan langkah pemerintah yang sangat lamban merespon kenaikan harga migor itu. Menurutnya, tingginya harga minyak goreng dipasarnya menyebabkan pembelinya jadi berkurang.
“Biasanya dalam sehari saya bisa menjual minyak goreng sebanyak tiga jerigen, namun kini hanya satu jerigen,” katanya.
Melihat kondisi tersebut, Mujiati, hanya bisa berharap kepada pemerintah untuk secepatnya melakukan operasi pasar. Karena menurutnya, kondisi masyarakat sudah kebingungan dengan kenaikan harga tersebut.
“Ya kalau pemerintah serius secepatnya digelar, masalahnya kita disini sudah bingung,” keluh Mujati.(amer).
Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,