Langsung ke konten utama

Polisi Kesulitan Temukan Bukti : Dugaan Malapraktik

JOMBANG – Kasus dugaan adanya malpraktik yang menyebabkan meninggalnya Siswa kelas I SMP 5 Muhammadiyah kec Bareng kab Jombang, Hani Susi Wariana, dimungkinkan akan tersendat. Pasalnya pihak kepolisian setempat masih kesulitan untuk mengumpulkan bukti-bukti terkait kematian siswi itu.
Kesulitan pihak kepolisian dalam melakukan pembuktian ini terjadi, lantaran korban malpraktek tersebut sudah dikebumikan Senin (24/03) kemarin, setelah pihak keluarga keberatan dilakukannya autopsi terhadap jenazah. Polisi sendiri hanya berpatokan terhadap hasil visum yang dilakukan tim medis RSD Jombang untuk menyeret dokter Pujianto ke meja hijau.
Kapolres Jombang, AKBP Muhammad Kosim mengaku, pihaknya memang mengalami kendala untuk mengungkap dugaan malapraktik yang dituduhkan keluarga korban kepada dokter Pujianto. Menurutnya, banyak bukti medis yang dibutuhkan namun terkendala dengan penolakan visum oleh keluarga korban. Sebelumnya dia berharap, dari hasil autopsi itu, bisa memberikan bukti-bukti medis mengenai kesalahan dokter.
''Keluarga korban menolak autopsi. Padahal hasil autopsi itu menjadi bukti yang kuat bagi kami, apakah ada kesalahan dokter atau bukan,'' kata Kapolres kemarin.
Praktis, ia hanya bisa berharap dari hasil visum yang hingga kemarin juga belum didapatkan pihaknya dari tim medis RSD Jombang. Kendati demikian, ia berjanji akan mengusut tuntas kasus ini.
''Biarlah majelis hakim yang menentukan dugaan kebenaran malapraktik ini. Kami akan berupaya untuk mengumpulkan bukti sekuatnya,'' terangnya.
Atas kondisi ini, ia juga berharap jika dalam persidangan nanti, dugaan malapraktik ini mendapati titik terang, kendati bukti-bukti yang diberikan dirasa masih kurang.
''Saya harap proses selanjutnya berjalan dengan fair. Kalau si dokter ternyata bersalah, ya harus diberi hukuman. Sebaliknya jika tak ada kesalahan, harus dibuktikan secara medis juga,'' tukasnya.
Saat ini lanjut Kapolres, pihaknya masih terus melakukan penyelidikan atas kasus meninggalnya Hani Susi Wariana itu. Ia memastikan jika kasus ini akan segera ditindaklanjuti ke persidangan.
''Tugas kami adalah menuntaskan kasus ini hingga ke wilayah hukum selanjuntya. Tentunya dengan kapasitas dan bukti-bukti yang ada,'' pungkasnya.
Sementara hingga kemarin, suasana duka masih menyelimuti keluarga Hani Susi Wariana di Desa Kuwik Kecamatan Bareng. Korban telah dimakamkan malam hari setelah beberapa jam berada di ruang jenazah RSD Jombang Senin kemarin.
Kendati keluarga korban menolak dilakukan autopsi, namun ayah korban, Suwarno mengaku akan tetap menuntut dokter Pujianto yang dituding menjadi penyebab kematian putrinya itu. Ia yakin jika kematian putrinya tersebut lantaran kesalahan dokter Pujianto dalam memeberikan obat. Hal ini diketahui saat putrinya itu dalam kondisi mulut yang berbuasa usai dilakukan penyuntikan oleh Pijianto.
''Mulut anak saya keluar busa, dan saya yakin hal ini akibat kesalahan dokter dalam memberikan obat,'' tegas Suwarno.
Dikatakan dia, keluarganya akan terus mendesak kepada polisi untuk mengusut tuntas kasus ini. Kendati telah merelakan kematian putrinya, namun ia berharap kejadian ini tak akan terulang lagi pada pasien lainnya.
''Harus bertanggung jawab. Dan kedepan, dokter tak boleh salah dalam melakukan pengobatan. Apalagi sampai pasiennya meninggal karena kesalahan itu,'' tuntutnya.
Diketahui sebelumnya, Hani Susi Wariana Senin kemarin tewas setelah berobat ke klinik milik dr Pujianto di Kecamatan Ngoro. Hani tewas sesaat setelah mendapatkan suntikan dari sang dokter. Padahal, gejala yang diderita warga Desa Kuwik,Kec Bareng, tersebut hanya panas dan batuk.
Karena pihak keluarga tak menerima atas kejadian ini, kasus ini dilaporkan ke Mapolsek Ngoro dan Polres Jombang.
Sementara Pujianto sendiri tak berani memberikan komentar apapun dengan alasan menunggu perkembangan selanjutnya. (amer)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korban Ryan Tembus 11 Orang

Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...

Jelang Eksekusi Mati, Sumiarsih Isi Waktu Latih Napi Bikin Selimut

Kendati hendak di eksekusi mati. Sumiarsih , 65 , otak pembunuhan berencana lima anggota keluarga Letkol Marinir Purwanto di Surabaya, 20 tahun silam, nampak pasrah menghadapi rencana eksekusi Kejagung bulan ini. Bahkan sesekali ia terlihat tegar bersama rekan-rekannya di LP Porong, dengan melakukan kegiatan membuat selimut dari tempat tisu. Dengan mengenakan seragam Napi (narapidana) Lapas Wanita Malang warna biru tua, mata Sumiarsih tampak sayu. Demikian pula wajahnya yang dihiasi garis-garis keriput juga terlihat lelah dan sayup. Namun, Mbah Sih, panggilan akrab- Sumiarsih di antara sesama napi, tetap ingin tampil ramah. "Saya habis bekerja di Bimpas (Bimbingan Pemasyarakatan). Bersama rekan-rekan membuat tempat tisu ini," kata Sumiarsih sambil menunjukkan beberapa hasil karyanya di ruang kantor Entin Martini, kepala Lapas Wanita Malang, yang berlokasi di kawasan Kebonsari, Sukun, itu. Sudah tiga bulan ini Sumiarsih aktif membimbing para wanita penghuni lapas membua...

Ledakan Tangis Pecah Digang Kecil

Dua Korban Ryan, Berangkat Ke Pusara JOMBANG – Ledakan tangis histeris dari dua tempat korban Very Idam Henyansyah alias Ryan (30), yakni Zainul Abidin alias Zaki (21) dan Agutinus Fitri Setiawan alias Wawan (28), muncul dari rumah duka, di gang kecil, saat mengiringi pemakaman dua jenazah menuju pusara, kemarin. Keberadaan dua rumah duka korban Ryan ini, yang sama-sama mempunyai ukuran 36 ini, berubah seketika saat prosesi peyerahan jenazah. Pihak petugas yang ikut mengawal jenazah pun sempat dibuat repot saat menurunkan jenazah dari mobil, lantaran kelurga korban sudah tak kuasa menahan tangis sembari menarik peti mati. Beberapa pelayatpun tercengang berjajar, di antara gang sempit yang hanya bisa di lalui motor itu. Meski deretan kursi sudah sejak pagi disiapkan oleh pihak perangkat desa yang ikut membantu proses pemakaman kedua jenazah. Namun, setidaknya gang sempit itu menjadi satu saksi tersendiri dari pemakaman kedua korban sang pria gemulai asal Maijo itu. Jenazah Zainul Abidi...