Langsung ke konten utama

IDI Tak Jelaskan Suntikan ’Mematikan’ Itu

Keluarga ini benar-benar hampir tak bisa menerima takdir lantaran anak mereka meninggal setelah diberi suntikan oleh seorang dokter hanya dalam jangka waktu kurang dari satu jam.
Adalah Pujianto. Seorang dokter yang menangani pasien bernama Heni Suci Wartiana anak dari pasangan Sumarno-Sumarni ini. Ia membuka praktik dan bertugas di Kecamatan Ngoro.
Sayangnya, saat berada di RSUD Jombang, Pujianto tidak mau memberi komentar apapun termasuk kronologis kejadian yang sudah dilaporkan kepada IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Cabang Jombang.
“Semuanya sudah saya ceritakan kepada IDI, IDI-lah yang berhak menjawab, katanya dengan nada pelan saat diminta wartawan penjelasan kronolagis terjadinya dugaan malapraktik terhadap pasien yang ditanganinya itu,” dengan suara pelan menolak pertanyaan wartawan sambil menoleh kepada Ketua IDI Pudji Umbaran yang duduk di sebelahnya.
Umbaran lantas menjelaskan, bahwa yang ditangani Pujianto sudah memenuhi standar penanganan pasien atau kode etik kedokteran. Sehingga, menurut dia, tidak ada dugaan malapraktik dalam kasus ini,
“Kronologisnya begini, penderita datang dalam kondisi dipapah, setelah dilakukan pemeriksaan pasien ternyata sakit berat, pihak keluarga disarankan agar dibawa ke RSU, karena ada ada jawaban dan persetujuan dari keluarga, sang dokter lalu memberi pertolongan, yakni dengan jalan memberi suntikan kepada Hani Suci Wartiana, tetapi ternyata dalam waktu tidak kurang dari 1 setengah menit, pasien terdiam, maka dilakukan pemeriksaan ulang menurut dr. Pujianto jantung dan nafas pasien berhenti,” terang Umbaran kepada wartawan.
Dari cara penanganan sudah sesuai prosedur, karena itu IDI menilai dalam kasus Suci ini tidak ada unsur yang menguatkan terjadinya malapraktik, “Sekali lagi menurut IDI dalam kasus ini tidak ada malapraktik, karena prosedur penanganan pasien yang dilakukan dr. Pujianto telah memenuhi standar kode etik kedokteran, atau prosedur yang telah ditetapkan, ” katanya diulang-ulang.
Ketika ditanya, apa prosedur penanganan yang dimaksud itu? Salah satunya memiliki izin, mempunyai keahlian dan memiliki kewenangan, “Antara lain prosedur yang telah ditetapkan seperti itu,” jelas Umbaran.
Meski demikian, dia berusaha menutupi dan tak mau menjelaskan apa obat cair yang telah disuntikkan. Pujianto kepada pasien malang itu, “Itu rahasia, karena masalah ini sudah di tangani pihak berwajib, “ tegas dia
Pujianto sendiri ketika ditanya bagaimana perasaannya? Dia terdiam sejenak tidak langsung memberi jawaban. “Saya sudah kekerja 35 tahun, saya merasa sedih dan tidak berhasil menolong orang,” katanya getir(amer)
http://www.dutamasyarakat.com/rubrik.php?id=26628&kat=Daerah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korban Ryan Tembus 11 Orang

Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...

Jelang Eksekusi Mati, Sumiarsih Isi Waktu Latih Napi Bikin Selimut

Kendati hendak di eksekusi mati. Sumiarsih , 65 , otak pembunuhan berencana lima anggota keluarga Letkol Marinir Purwanto di Surabaya, 20 tahun silam, nampak pasrah menghadapi rencana eksekusi Kejagung bulan ini. Bahkan sesekali ia terlihat tegar bersama rekan-rekannya di LP Porong, dengan melakukan kegiatan membuat selimut dari tempat tisu. Dengan mengenakan seragam Napi (narapidana) Lapas Wanita Malang warna biru tua, mata Sumiarsih tampak sayu. Demikian pula wajahnya yang dihiasi garis-garis keriput juga terlihat lelah dan sayup. Namun, Mbah Sih, panggilan akrab- Sumiarsih di antara sesama napi, tetap ingin tampil ramah. "Saya habis bekerja di Bimpas (Bimbingan Pemasyarakatan). Bersama rekan-rekan membuat tempat tisu ini," kata Sumiarsih sambil menunjukkan beberapa hasil karyanya di ruang kantor Entin Martini, kepala Lapas Wanita Malang, yang berlokasi di kawasan Kebonsari, Sukun, itu. Sudah tiga bulan ini Sumiarsih aktif membimbing para wanita penghuni lapas membua...

galeri 1000 Puisi Untuk RA KARTINI

FOTO : DUTA/AMIR CASTRO Captoin : SIMBOL PERLWANAN KARTINI MELAWAN PENINDAS FEODAL. Sejumlah mahasiswa STKIP PGRI Jombang, peringati Hari Kartini dengan memajang karya mereka dalam tema 1000 Puisi Untuk RA KARTINI.