
JOMBANG (DUTA) - Cahaya matahari pagi musim penghujan awal tahun ini terasa lebih hangat di benak Sugeng. Lelaki yang tetap bersyukur kendati dikarunia tubuh yang tidak sempurna ini bergegas menuju teras rumah yang sekaligus sebagai bengkel kerjanya. Lelaki dengan sepeda roda tiga yang dikayuh dengan tangan ini sibuk menata alat-alat pertukangan. Sedangkan beberapa orang lainnya sibuk mengaduk semen dengan pasir. Selebihnya lagi, seorang yang berjalan dengan menggunakan tongkat penyangga sibuk mengambil air.
Sesekali wajah-wajah ceria itu menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. Semangat untuk belajar serta merubah kondisi hidup tergurat jelas dari sorot mata mereka. Pagi itu sedikitnya 20 orang penyandang cacat berkumpul. Mereka asyik meracik bahan untuk membuat cetakan pot bunga. Penggalan aktifitas inilah yang terus digencarkan Kompac dengan tujuan memberdayakan kehidupan para penyadnang cacat di Kabupaten Jombang.
Seperti tak mengenal lelah, Sugeng menghampiri sejawatnya satu persatu. Tidak jarang dia harus memberikan penjelasan terkait campuran adonan untuk membuat cetakan pot bunga. Ya, hari itu memang dia menjadi instruktur tehnis kontruksi cetak gypsum. “Yang pasti untuk membuat cetakan pot bunga, racikan semennya jangan terlalu encer,” ungkap bapak satu anak ini didepan kawan-kawan senasib dengan dirinya.
Ditemui disela aktifitas rutinnya, penyandang cacat yang sudah puluhan tahun menggeluti dunia pembuatan pot ini, menjelaskan digelarnya pelatihan membuat cetakan pot bunga tersebut bukan tanpa alasan. Hal itu dipicu oleh keterpurukan ekonomi yang didera para penyandang cacat di Kabupaten Jombang.
Dengan bertambahnya keterampilan itu, dia berharap akan bisa mendongkrak derajat ekonomi kawan-kawannya. Dalam arti, selepas pelatihan, masing-masing individu akan dapat mengembangkannya secara optimal. Sebab dengan meningkatnya penjualan bunga saat ini, secara tidak langsung akan didikuti pula lonjakan permintaan pasar pot bunga.
Meski demikian, hal itu bukan tanpa kendala. Salah satunya adalah daya promosi yang dimiliki oleh para penyandang cacat sangat minim. Hal itu dipicu oleh keterbatasan fisik yang mereka miliki. Sudah demikian, support pemerintah daerah juga sangat rendah.
Minimnya perhatian dari pemerintah mengakibatkan barang-barang yang mereka produksi tidak menyentuh pasar. “Misalnya, untuk pot bunga ini saja kita lebih menggantungkan pada pasar pesanan. Artinya, kalau ada yang pesan baru kita memproduksi. Sekali lagi, itu semua karena kondisi fisik yang terbatas,” ungkap Sugeng yang juga Ketua Kompac.
Lebih tegas, pria yang cacat sejak lahir ini, menerangkan jauh sebelum pihaknya menggelar pelatihan, sebenarnya pemerintah setempat juga pernah mengadakan hal serupa. Namun yang sangat disayangkan, pelatihan tersebut hanya seputar jahit menjahit, sehingga kurang menyentuh kebutuhan para penyandang cacat. “Padahal, penyandang cacat di sini keinginannya berbeda-beda, tidak hanya menjahit saja. Akibatnya, keinginan mereka tidak tersalurkan,” kata Mas Sugeng, panggilan akrabnya, getir. (amer) /
http://www.dutamasyarakat.com/rubrik.php?id=23149&kat=Daerah
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,