JOMBANG – Sejumlah warga Desa Kademangan Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, kemarin, menemukan beberapa benda sejarah yang diduga kuat dibuat pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Penemuan situs peninggalan Kerajaan Majapahit itu baru di ketahui setelah warga melapor ke petugas BP3 Trowulan.
Bahkan, lantaran minimnya pengetahuan terhadap benda-benda bersejarah tersebut, warga juga sempat menukarkan temuannya dengan se ekor sapi.
Solichin (71), salah satu warga Dusun Pekunden Desa Kademangan Kec Mojoagung ini mengaku, jika sebenarnya ia telah lama mengatahui keberadaan benda kuno yang berada di tengah kebun tebu milik Suyit warga asal Sumobito itu. Namun olehnya, benda kuno yang menyembul dari gundukan tanah tersebut ia biarkan saja terbengkalai ditempat semula.
“Karena dianggap tak berharga, saya dan warga yang mengetahui benda itu membiarkannya saja. Hingga salah satu warga melaporkan kepada Pak Mudai, yang mengerti soal ini,” tutur Solichin yang mengaku sebagai penemu benda bersejarah itu.
Sholichin mengaku, jika penemuan benda seperti ini, sebenarnya tak menjadi keanehan bagi warga setempat. Menurut dia, di lokasi yang berdekatan dengan makam Dusun Pekunden Desa Kademangan itu, kerap kali ditemukan benda-benda asing. Namun, lagi-lagi karena minimnya pengetahuan, warga akhirnya menganggap jika benda tersebut tak memiliki nilai sejarah apapun.
“Tidak aneh mas kalau kami melihat benda-benda seperti itu, karena kita juga tidak tahu maka kita biarkan saja,” katanya polos.
Diceritakan Solichin, sekitar tahun 1960 silam, ia juga pernah menemukan sebuah Guci yang berisi kepingan koin logam kuno. Lantaran menganggap benda tersebut tak berharga, ia akhirnya melepasnya kepada salah seorang pendatang yang mau menukarnya dengan seekor sapi.
“Sejak dulu sudah lima kali saya menemukan benda-benda asing seperti itu, terakahir saya juga pernah menemukan sebuah guci, tapi mau saya simpan, juga buat apa ? Berhubung ada yang menukarnya dengan seekor sapi, saya berikan saja,“ tuturnya.
Kejadian serupa nyaris terjadi lagi. Jika saja dirinya tak melaporkan temuannnya kepada Mudai, bisa jadi benda-benda tinggalan nenek moyang itu akan kembali ditukar dengan benda lain yang dianggapnya lebih berharga.
“Saya malah dimarahi Pak Mudai, kenapa tidak langsung melapor. Tapi karena memang tak tahu jika benda ini milik pemerintah, saya anggap benda ini tidak penting,” tukasnya.
Sementara Mudai (56), yang tercatat sebagai petugas BP3 Trowulan, mengaku telah melaporkan penemuan Solichin itu ke kantornya. Secara kebetulan kata dia, dirinya juga menjadi warga setempat, yang secara tak sengaja mendapatkan informasi penemuan benda kuno itu.
“Sudah kami laporkan. Dan hasil penggalian sementara, ada tiga benda yang kami temukan,’’ terang Mudai.
Dari hasil penelitian sementara, ia menduga jika benda temuan warga itu dibuat pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, ratusan tahun silam. Hal itu dilihat dari bongkahan batu bata yang menjadi ciri khas Majapahit dengan ukiran-ukiran lama.
“Ciri-cirinya menguatkan jika benda ini dibuat pada masa Kerajaan Majapahit,” terangnya.
Ia juga memperkirakan, tempat temuan benda-benda itu adalah tempat pemujaan bagi petani pada jaman itu, yang rata-rata penganut agama Hindu. Dugaan ini juga dikuatkan dengan penemuan lokasi baru yang bersebelahan dengan benda kuno tersebut. Di lokasi itu, dia menemukan tumpukan batu bata, yang diperkirakan masih banyak yang terpendam.
“Dilihat dari lebar ukurannya, kemungkinan besar masih ada bangunan candi di bawah bata-bata itu,” tebak dia.
Untuk meneruskan temuan warga itu, ia mengaku akan melaporkan perkembangan penggaliannya kemarin ke BP3 Jatim. Menurutnya, upaya untuk melakukan penggalian dengan kapasitas yang lebih besar akan tetap dilakukan, agar misteri di bawah tanah itu bisa terungkap.
“Kebetulan ini hari libur. Besok (hari ini) petugas dari BP3 Trowulan akan kembali datang dan melakukan penggalian lagi. Sementara ini, tempat penemuan kita beri pembatas saja, agar tak dibongkar warga,” pungkasnya.(ami)
Bahkan, lantaran minimnya pengetahuan terhadap benda-benda bersejarah tersebut, warga juga sempat menukarkan temuannya dengan se ekor sapi.
Solichin (71), salah satu warga Dusun Pekunden Desa Kademangan Kec Mojoagung ini mengaku, jika sebenarnya ia telah lama mengatahui keberadaan benda kuno yang berada di tengah kebun tebu milik Suyit warga asal Sumobito itu. Namun olehnya, benda kuno yang menyembul dari gundukan tanah tersebut ia biarkan saja terbengkalai ditempat semula.
“Karena dianggap tak berharga, saya dan warga yang mengetahui benda itu membiarkannya saja. Hingga salah satu warga melaporkan kepada Pak Mudai, yang mengerti soal ini,” tutur Solichin yang mengaku sebagai penemu benda bersejarah itu.
Sholichin mengaku, jika penemuan benda seperti ini, sebenarnya tak menjadi keanehan bagi warga setempat. Menurut dia, di lokasi yang berdekatan dengan makam Dusun Pekunden Desa Kademangan itu, kerap kali ditemukan benda-benda asing. Namun, lagi-lagi karena minimnya pengetahuan, warga akhirnya menganggap jika benda tersebut tak memiliki nilai sejarah apapun.
“Tidak aneh mas kalau kami melihat benda-benda seperti itu, karena kita juga tidak tahu maka kita biarkan saja,” katanya polos.
Diceritakan Solichin, sekitar tahun 1960 silam, ia juga pernah menemukan sebuah Guci yang berisi kepingan koin logam kuno. Lantaran menganggap benda tersebut tak berharga, ia akhirnya melepasnya kepada salah seorang pendatang yang mau menukarnya dengan seekor sapi.
“Sejak dulu sudah lima kali saya menemukan benda-benda asing seperti itu, terakahir saya juga pernah menemukan sebuah guci, tapi mau saya simpan, juga buat apa ? Berhubung ada yang menukarnya dengan seekor sapi, saya berikan saja,“ tuturnya.
Kejadian serupa nyaris terjadi lagi. Jika saja dirinya tak melaporkan temuannnya kepada Mudai, bisa jadi benda-benda tinggalan nenek moyang itu akan kembali ditukar dengan benda lain yang dianggapnya lebih berharga.
“Saya malah dimarahi Pak Mudai, kenapa tidak langsung melapor. Tapi karena memang tak tahu jika benda ini milik pemerintah, saya anggap benda ini tidak penting,” tukasnya.
Sementara Mudai (56), yang tercatat sebagai petugas BP3 Trowulan, mengaku telah melaporkan penemuan Solichin itu ke kantornya. Secara kebetulan kata dia, dirinya juga menjadi warga setempat, yang secara tak sengaja mendapatkan informasi penemuan benda kuno itu.
“Sudah kami laporkan. Dan hasil penggalian sementara, ada tiga benda yang kami temukan,’’ terang Mudai.
Dari hasil penelitian sementara, ia menduga jika benda temuan warga itu dibuat pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, ratusan tahun silam. Hal itu dilihat dari bongkahan batu bata yang menjadi ciri khas Majapahit dengan ukiran-ukiran lama.
“Ciri-cirinya menguatkan jika benda ini dibuat pada masa Kerajaan Majapahit,” terangnya.
Ia juga memperkirakan, tempat temuan benda-benda itu adalah tempat pemujaan bagi petani pada jaman itu, yang rata-rata penganut agama Hindu. Dugaan ini juga dikuatkan dengan penemuan lokasi baru yang bersebelahan dengan benda kuno tersebut. Di lokasi itu, dia menemukan tumpukan batu bata, yang diperkirakan masih banyak yang terpendam.
“Dilihat dari lebar ukurannya, kemungkinan besar masih ada bangunan candi di bawah bata-bata itu,” tebak dia.
Untuk meneruskan temuan warga itu, ia mengaku akan melaporkan perkembangan penggaliannya kemarin ke BP3 Jatim. Menurutnya, upaya untuk melakukan penggalian dengan kapasitas yang lebih besar akan tetap dilakukan, agar misteri di bawah tanah itu bisa terungkap.
“Kebetulan ini hari libur. Besok (hari ini) petugas dari BP3 Trowulan akan kembali datang dan melakukan penggalian lagi. Sementara ini, tempat penemuan kita beri pembatas saja, agar tak dibongkar warga,” pungkasnya.(ami)
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,