Langsung ke konten utama

Ibunda Ryan Siatun: Ryan, Berubah sejak Irsyad Menikah

Very Idam Hanyansyah alias Ryan (30) dikenal sebagai sang raja tega. Namun, ibunya, Siatun (55), tak pernah menduga anaknya seperti itu. Dia bahkan tak tahu kalau belakang rumahnya jadi kuburan korban pembantaian yang dilakukan anaknya. Siatun hanya merasakan, anaknya itu berubah temperamental sejak ditinggal menikah oleh Irsyad, teman akrab Ryan.

“SAYA sama suami kalau pulang sampai di rumah pukul 7 dan 8 malam, juga mandi di kamar mandi belakang. Saya tidak takut waktu itu,” ujar Siatun yang juga heran tidak mencium bau busuk mayat walau temuan polisi menunjukkan bahwa mayat korban anaknya dikubur tak terlalu dalam.


Dalam wawancara telepon dengan TV One tadi malam (30/7), Siatun kembali menceritakan bahwa anaknya itu pernah punya sering bicara sendiri dan pemarah saat kelas III SMP. “Ini rahasia dia ya sebenarnya, dia itu pernah sering menyendiri dalam kamar, bicara sendiri, dan kalau marah tak terkendali,” ujarnya.

Namun, sejak beteman dengan Irsyad, menurut Siatun, semangat hidup Ryan kembali bangkt. Sejak bergaul dengan Irsyad, Ryan kemudian ikut senam asmpai jadi instruktur senam, selain juga guru ngaji di Masjid Baiturrahman di dekat rumahnya.

“Namun sejak ditinggal menikah oleh Irsyad, Ryan jadi berubah seperti semula,” ujar Siatun.

Waktu itu, menurut Siatun, di belakang rumah ada kolam lele. Ryan sering mengambil bakul berisi nasi (bukan nasi sisa) lalu dicampur air untuk dimasukkan kolam lele. Kalau dilarang, dia marah-marah, bahkan nasi di bakul dia lemparkan.

Namun demikian, Siatun mengaku sama sekali tak tahu-menahu kalau Ryan menjadi pembunuh sadis dan menguburkan korban-korbannya di belakang rumah.

Irsyad sendiri yang oleh polisi sempat dipertemukan dengan Ryan pada 21 Juli lalu di Polres Jombang membantah dirinya punya hubungan khusus dengan Ryan. Irsyad memang satu-satunya warga Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang yang bisa akrab dengan Ryan. Dia dan Ryan sama-sama menjadi guru mengaji di TPQ setempat.

“Naudzubillah min dzalik itu (hubungan sesama laki-laki) perbuatan yang sangat dilarang agama. Ryan memang memiliki sifat seperti itu. Saya dengannya hanya teman biasa,” kata Irsyad, lulusan Politeknik ITS jurusan teknik mesin yang kini guru STM swasta di daerah Jombang.

Karena khawatir dituding memiliki hubungan khusus itu pula, sejak 2006 Irsyad memutuskan berhenti sebagai guru mengaji agar tidak terlalu dekat lagi dengan Ryan. Irsyad lalu menikah pada Juni 2007 dan kini telah dikaruniai seorang anak.

Selama masih berteman, Ryan beberapa kali meminjam uang ke koperasi simpan pinjam dengan jaminan 3 BPKB milik Irsyad. Ryan juga pernah membeli peralatan elektronik secara kredit lewat toko Court menggunakan KTP Irsyad. Nilai utangnya sekitar Rp 7 juta tapi baru dibayar Rp 1,6 juta. Saat bertemu Irsyad, Ryan minta maaf belum bisa melunasi utangnya.

Dianggap Normal
Sementara itu, hingga Rabu (30/7) kemarin, Polda Jatim masih menganggap Ryan sebagai sebagai orang normal alias tidak mengalami gangguan jiwa. Polda belum bisa memutukan Ryan terganggu jiwanya. Ryan masih mejalani proses pemeriksaan oleh tiga psikiater yang diajukan Mabes Polri dan Polda Jatim.

Selain menjaring informasi tentang pola pikir tersangka, ketiga psikiter tersebut juga berupaya untuk menenangkan jiwa Ryan. Pasalnya, selama ini kondisi Ryan masih labil dengan berubah-ubahnya keterangan saat diperiksa penyidik Polda Jatim.

Direskrim Polda Jatim Kombes Pol Rusli Nasution menyatakan, hingga saat ini kondisi Ryan tergolong baik dan tidak ada tanda-tanda kehilangan akal sehat. “Meski kondisi sangat baik, namun kami tetap berkonsultasi dengan psikiater,” kata Rusli Nasution, di Jl A Yani Surabaya, Rabu (30/7).

Adapun uji psikologi yang diberlakukan kepada Ryan antara lain mengerjakan tes soal psikologis sebanyak 566 pertanyaan yang berlangsung hingga Selasa (29/7) malam.

Hingga pukul 10.00 WIB Rabu (30/7), Ryan masih berada di ruangan sel khusus Mapolda Jatim setelah menyelesaikan tes soal-soal psikologis malam harinya.

Tim penyidik menguji Ryan dengan soal-soal psikologis untuk mengetahui seberapa jauh kondisi kejiwaan hingga membunuh 11 korban dengan biadab. “Tes itu dilakukan untuk melihat secara pasti kondisi Ryan,” kata Rusli.

Dijelaskan dia, hingga siang kemarin, belum ada rencana kegiatan pemeriksaan karena kondisi Ryan masih lelah setelah setelah menjalani pemeriksaan hingga larut malam.

Sementara itu, tiga keluarga yang diduga menjadi korban penjagalan Ryan tengah mencocokkan data anggota keluarga mereka di RS Bhayangkara Surabaya. Mereka adalah Zainal Abidin atau Zacky, Nani Hidayati dan anaknya Silvia PutrI Ramadhani, dan Agustinus Setyawan alias Wawan. Keluarga tersebut membawa ciri-ciri khusus yang dipunyai oleh korban.

Ayah Ryan Malu
Sehari sebelumnya, Selasa (29/7), ayah Ryan, Ahmad Sadikun (60), di Mapolres Jombang mengatakan memiliki saudara yang bekerja sebagai penyalur TKI di Sidoarjo. Setiap hari Jumat, Ahmad dan istrinya sering ke Sidoarjo untuk mengunjungi saudaranya itu.

Kepada wartawan di Mapolres Jombang, pensiunan satpam PG Djombang Baru ini juga curhat mengaku malu mempunyai anak seperti Ryan. Ia menyatakan prihatin atas tindakan Ryan yang menghabisi nyawa 11 orang, yang telah mencemarkan nama baik keluarga. Bukan hanya itu, pria yang punya kelainan seks ini juga dianggap telah mencemarkan nama desa.

Dia juga tidak pernah menyangka anaknya tega berbuat sesadis itu. Sebab, selama ini pihak keluarga sudah berusaha mendidiknya secara baik-baik. Mulai pendidikan umum hingga pendidikan agama. “Namun, Ryan malah jadi pembunuh. Saya sangat malu punya anak seperti Ryan,” kata Ahmad dengan mata berkaca-kaca.

Namun, Ahmad berharap anaknya tidak dihukum mati seperti Sumiarsih dan Sugeng. “Saya akui, anak saya salah, tapi jangan dihukum mati seperti Sumiarsih dan Sugeng,” kata Ahmad sembari melelehkan air matanya.

Disinggung kemungkinan masih ada mayat yang ditanam di dalam kamar Ryan, Ahmad hanya menggelengkan kepala. Warga Dusun Maijo, Desa Jatiwates, ini mempersilakan petugas untuk membongkar seluruh bagian rumahnya jika memang masih ada mayat yang tersisa, sekalipun itu berada dalam kamar.

Oleh sebab itu, semenjak mengetahui pekarangan belakang rumahnya dijadikan kuburan massal oleh Ryan, ia tidak berani kembali ke rumah. Pihaknya berencana menjual rumah tersebut meski harganya juga tidak sebanding dengan biaya pembangunan dan perawatan.
“Bagaimana mau menempati kalau rumah itu sudah dijadikan kuburan oleh anak saya. Ke depan, saya berencana untuk menjual rumah itu,” tambahnya lirih.(amir/sofyan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korban Ryan Tembus 11 Orang

Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...

Jelang Eksekusi Mati, Sumiarsih Isi Waktu Latih Napi Bikin Selimut

Kendati hendak di eksekusi mati. Sumiarsih , 65 , otak pembunuhan berencana lima anggota keluarga Letkol Marinir Purwanto di Surabaya, 20 tahun silam, nampak pasrah menghadapi rencana eksekusi Kejagung bulan ini. Bahkan sesekali ia terlihat tegar bersama rekan-rekannya di LP Porong, dengan melakukan kegiatan membuat selimut dari tempat tisu. Dengan mengenakan seragam Napi (narapidana) Lapas Wanita Malang warna biru tua, mata Sumiarsih tampak sayu. Demikian pula wajahnya yang dihiasi garis-garis keriput juga terlihat lelah dan sayup. Namun, Mbah Sih, panggilan akrab- Sumiarsih di antara sesama napi, tetap ingin tampil ramah. "Saya habis bekerja di Bimpas (Bimbingan Pemasyarakatan). Bersama rekan-rekan membuat tempat tisu ini," kata Sumiarsih sambil menunjukkan beberapa hasil karyanya di ruang kantor Entin Martini, kepala Lapas Wanita Malang, yang berlokasi di kawasan Kebonsari, Sukun, itu. Sudah tiga bulan ini Sumiarsih aktif membimbing para wanita penghuni lapas membua...

Ledakan Tangis Pecah Digang Kecil

Dua Korban Ryan, Berangkat Ke Pusara JOMBANG – Ledakan tangis histeris dari dua tempat korban Very Idam Henyansyah alias Ryan (30), yakni Zainul Abidin alias Zaki (21) dan Agutinus Fitri Setiawan alias Wawan (28), muncul dari rumah duka, di gang kecil, saat mengiringi pemakaman dua jenazah menuju pusara, kemarin. Keberadaan dua rumah duka korban Ryan ini, yang sama-sama mempunyai ukuran 36 ini, berubah seketika saat prosesi peyerahan jenazah. Pihak petugas yang ikut mengawal jenazah pun sempat dibuat repot saat menurunkan jenazah dari mobil, lantaran kelurga korban sudah tak kuasa menahan tangis sembari menarik peti mati. Beberapa pelayatpun tercengang berjajar, di antara gang sempit yang hanya bisa di lalui motor itu. Meski deretan kursi sudah sejak pagi disiapkan oleh pihak perangkat desa yang ikut membantu proses pemakaman kedua jenazah. Namun, setidaknya gang sempit itu menjadi satu saksi tersendiri dari pemakaman kedua korban sang pria gemulai asal Maijo itu. Jenazah Zainul Abidi...