JOMBANG – Pasca di ketemukannnya 11 jasad di belakang rumah Very Idam Henyansyah alias Ryan, (30) tersangka pembunuh berantai, di Dusun Maijo Desa Jatiwates Kec Tembelang, Kab Jombang, Senin (27/07) lalu. Dua orang penggali kubur pesanan Ryan, akui masih ada satu galian lagi yang belum di bongkar. Diduga, galian yang berada di sampaing rumah Ryan itu, masih menyimpan mayat korban.
Dugaan itu terkuak, setelah Sarto (55), warga asal Dusun Sumbersuko, Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Jombang dan Budiono (45), warga Desa Sentul, kecamatan setempat, mengaku jika pernah disuruh Ryan dan Siatun, (55) (Ibunda Ryan), menggali kubangan di pekarangan rumah tersebut. Saat keduanya menjalani pemeriksaan di Mapolres Jombang Rabu Pagi (30/07), kemarin. Budiono mengatakan, jika masih terdapat satu titik lagi yang belum dibongkar.
Dugaan itu terkuak, setelah Sarto (55), warga asal Dusun Sumbersuko, Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Jombang dan Budiono (45), warga Desa Sentul, kecamatan setempat, mengaku jika pernah disuruh Ryan dan Siatun, (55) (Ibunda Ryan), menggali kubangan di pekarangan rumah tersebut. Saat keduanya menjalani pemeriksaan di Mapolres Jombang Rabu Pagi (30/07), kemarin. Budiono mengatakan, jika masih terdapat satu titik lagi yang belum dibongkar.
“Saya hanya disuruh menggali tiga kubangan saja, yakni di samping saptic tank, di bawah pohon salak dan satu lagi disamping rumah, karena katanya mau dibuat sebagai kolam ikan,” aku Budiono, Polos.
Budiono mengaku jika ia tak tahu menahu soal galian yang ia buat tersebut di pakai sebagai kuburan korban Ryan. Bahkan, dihadapan penyidik, ia sempat mengaku jika gaji yang ia dapat dari Ryan, hanya sebesar Rp 20 ribu.
“Saya hanya bekerja. Kalau tahu nantinya kolam itu untuk mengubur mayat, saya tidak mau,” ujar Budiono, yang juga teman Ryan bermain Bola Voly ini, polos.
Sama halnya dengan Sarto, dihadapan penyidik, Sarto mengakui jika ia juga pernah disuruh oleh Siatun (ibunya Ryan, Red) untuk membuat galian seluas 4 m x 4 m di belakang rumah. Ia mengaku tidak tahu jika lubang tersebut akan digunakan oleh Ryan untuk mengubur mayat korbannya. Yang ia tahu, saat itu pihaknya disuruh Siatun, untuk membuat galian yang rencananya dibuat kolam ikan. “Kalau saya di suruh Ibu nya, bukan Ryan nya,” tutur Sarto.
Setelah menjalani pemeriksaan, ke dua orang tersebut digelandang oleh petugas Polres Jombang untuk menunjukkan titik-titik galian yang ada di TKP.
Secara umum, dari pengakuan keduanya, menujukkan ada tiga titik yang pernah ia gali, yakni di sebelah septic tank tempat ditemukannya 5 mayat, dan di titik kedua yakni di bawah pohon salak tempat ditemukannya satu mayat yang diduga di kubur sejak tahun 2006. Dan satu titik lagi di samping rumah, yang sampai saat ini masih menjadi misteri karena belum digali.
Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) M. Khosim, selaku Kapolres Jombang, menjelaskan bahwa para penggali liang itu dipanggil Polres Jombang dalam rangka dimintai keterangan. Dengan alasan pihaknya masih akan terus mengembangkan kasus pembunuhan berantai yang telah dilakukan oleh Ryan.
“Kita akan terus melakukan pengembangan secara marathon terkait kasus pembunuhan berantai yang melibatkan Ryan ini,” ujar Khosim. “Dan kedua orang tersebut masih kita mintai keterangan saja, tidak lebih dari itu,” imbuhnya.
Mapolres Kebanjiran Laporan Orang Hilang
Sementara, sehari setelah ditemukannya enam jasad lagi dibelakang rumah Very Idam Henyansyah alias Ryan, (30). Posko pengaduan Polres Jombang kembali kebanjiran laporan, Selasa (29/7), kemarin.
Perempuan paruh baya yang belakangan diketahui bernama Lin Heni ini melaporkan bahwasannya telah kehilangan anaknya yang bernama Hendro Liyono (30) sejak tahun 2006.
Sejak itu pula pihaknya terus melakukan pencarian, namun naas, hingga saat ini Hendro Liono belum bisa ditemukan. Setelah mendengar kabar tentang banyaknya orang yang telah dibantai oleh Ryan, ia menaruh kecurigaan.
“Hingga akhirnya saya melaporkan hal itu ke Polres Jombang,. Jangan-jangan anak saya juga telah dihabisi oleh Ryan,” ungkap Lin polos.
Kecurigaan warga Dusun Jajar Desa Kepuh Kembeng Kecamatan Peterongan ini bukan tanpa alasan. Sebab, saat meninggalkan rumah, Hendro pamit pergi ke Malaysia atas ajakan temannya yang bernama Anto.
Sebelum berangkat, Hendro juga menjual motornya seharga Rp. 3 Juta. Karena masih kurang kemudian minta tambahan dari keluarga sebesar 1,5 juta. Menurut Lin, keberangkatan anaknya ke negeri jiran itu atas ajakan temannya yang bernama Anto warga Tambak Beras Jombang.
“Hendro pamit berangkat ke Malaysia pada tanggal 1 Desember 2006, tepatnya hari Jumat,” kenangnya.
Kecurigaan itu makin menguat setelah diketahui bahwasannya Ryan saat berkenalan dengan Nani Hidayati (korban Ryan yang dikubur dekat septic tank, Red) juga mengaku bernama Anto. Selain itu, Ryan juga kerap mengaku warga Tambak Beras.
Meski demikian, belum diketahui secara pasti apakah Anto yang mengajak Hendro adalah mantan guru ngaji itu.
Sementara itu ayah Ryan, Achmad Sadikun (60), saat berada di Mapolres Jombang mengatakan, dia memiliki saudara yang bekerja sebagai penyalur TKI di Sidoarjo. Oleh karena itu, setiap hari Jumat Ahmad sering ke Sidoarjo untuk mengunjungi saudaranya tersebut.
Ayahanda Ryan, Malu Punya Anak Pembunuh
Sementara, Ahmad Samadikun (60) setelah beberapa hari diperiksa di Mapolres Jombang, akhirnya mengungkapkan perasaan malunya mempunyai anak pembunuh. Pengakuan polos dari lubuk hatinya sebagai seorang Ayah Very Idam Henyansayah alias Ryan (30) atau Yansyah- biasa disebut oleh Ahmad ini di sampaikan di depan para wartawan.
Pensiunan satpam PG Djombang Baru ini mengaku malu mempunyai anak seperti Ryan. Bahkan, ia menyatakan prihatin atas tindakan Ryan yang menghabisi nyawa 11 orang, yang telah mencemarkan nama baik keluarga. Bukan hanya itu, pria yang punya kelainan seks ini juga dianggap telah mencemarkan nama desa.
Ayahanda Ryan, tidak pernah menyangka apabila anaknya akan tega berbuat sesadis itu. Sebab, selama ini pihak keluarga sudah berusaha mendidiknya secara baik-baik. Mulai dari pendidikan umum hingga pendidikan agama. “Namun Ryan malah jadi pembunuh. Saya sangat malu punya anak seperti Ryan,” kata Ahmad dengan mata berkaca-kaca.
Meski demikian, pria yang rambutnya sudah mulai memutih ini tidak ingin jika anaknya kelak di ganjar hukuman mati seperti Sumiarsih. Disisi lain, ia menyadari jika Ryan telah melakukan kesalahan besar dan merugikan orang banyak. Pendek kata, Ahmad akan menerima jika anaknya dihukum seberat-beratnya, asal bukan hukuman mati.
“Saya akui, anak saya salah, tapi jangan di hukum mati seperti Sumiarsih dan Sugeng,” jerit Ahmad, sembari melehkan air matanya.
Disinggung kemungkinan masih ada mayat yang ditanam di dalam kamar Ryan, Ahmad hanya menggelengkan kepala. Warga Dusun Maijo Desa Jatiwates ini mempersilahkan petugas untuk membongkar seluruh bagian rumahnya jika memang masih ada mayat yang tersisa, sekalipun itu berada dalam kamar.
“Saya juga memohon biar kasus ini cepat selesai, kalupun di bongkar-di bongkar saja,” ujar Ahmad.
Oleh sebab itu, semenjak mengetahui pekarangan belakang rumahnya dijadikan kuburan masal oleh Ryan, ia tidak berani kembali ke rumah. Pihaknya berencana menjual rumah tersebut meski harganya juga tidak sebanding dengan biaya pembangunan dan perawatan.
“Bagaimana mau menempati kalau rumah itu sudah dijadikan kuburan oleh anak saya. Kedepan, saya berencana untuk menjual rumah itu,” tambahnya lirih.(ami)
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,