
Kapolres Jombang AKBP M Khosim, Ahad (27/7), mengatakan para korban yang menjadi korban pembunuhan Ryan adalah Nani Kristianti (28), warga Perumahan Kepuh Permai, Peterongan, Jombang dan anaknya, Silvia Ramadhani (3).
Tiga lainnya adalah Agustinus Fitri Setyawan (28) warga Jalan dr Soetomo, M Zainul Abidin alias Zaki (27) warga Dapur Kejambon, Jombang, dan M Aksoni (28) warga Desa Slawe Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo.
“Kelima korban ini semuanya telah diakui oleh Ryan sebagai korban pembunuhan yang dia lakukan,” kata Kapolres dalam keterangan pers di Jombang.
Menurut dia, pengakuan Ryan itu disampaikan saat petugas menunjukkan kelima foto korban tersebut. “Dia mengakui, jika kelimanya telah dia bunuh,” katanya. Namun Ryan belum bersedia menunjukkan tempat kelima mayat korban tersebut dikuburkan dan belum menjelaskan apa motif pembunuhan.
Dugaan sementara pembunuhan berantai itu dilatarbelakangi oleh faktor kelainan seksual pada diri pelaku dan keinginan menguasai harta benda korban. Sampai saat ini polisi sedang menyisir beberapa lokasi yang dicurigai sebagai tempat penguburan mayat korban kesadisan Ryan.
Sebelumnya polisi telah menemukan empat mayat di dua lubang berbeda di belakang rumah orangtua Ryan di Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang. Ryan ditetapkan sebagai tersangka kasus mutilasi terhadap korban bernama Heri Santoso yang tujuh potongan tubuhnya ditemukan di Kebagusan, Jakarta Selatan pada 12 Juli lalu.
Ada tujuh orang hilang yang dilaporkan ke Mapolres Jombang pasca penemuan mayat tersebut. Dua orang hilang atas nama Didik, warga Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro dan Fauzin Suyanto, warga Jalan MT Hariono Kabupaten Nganjuk, dinilai tak memiliki keterlibatan dengan Ryan.
“Didik sudah ditemukan, sementara Fauzin masih dalam penyelidikan kami,” terang Kapolres saat dihubungi Ahad (28/7) petang.
Atas hasil pengembangan kasus ini, ia mengaku akan secepatnya melakukan penggalian ulang di belakang rumah Ryan, di Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang.
“‘Kami masih melakukan koordinasi dengan Polda Jatim untuk waktu penggalian selanjutnya,” kata dia.
Sementara itu, Ryan kembali diterbangkan dari Jakarta ke Surabaya. Dari Bandara Juanda Surabaya, Ryan langsung dibawa ke Mapolda Jatim. Tersangka tiba di Mapolda Jatim sekitar pukul 17.00 kemarin dengan mengendarai Kijang Inova L 1759 VF dan dikawal beberapa aparat keamanan. Selanjutnya, tersangka akan dibawa ke Jombang untuk menunjukkan keberadaan korban-korban lainnya.
Rencananya, polisi akan membongkar septic tank di belakang rumah tersangka. Diduga, septic tank itu digunakan tersangka untuk menyembunyikan jasad korbannya. Namun, juga tidak menutup kemungkinan pihak kepolisian akan memeriksa tempat-tempat lain seperti dapur.
Jika nantinya kelima korban ditemukan, berarti korban pembunuhan Ryan bertambah menjadi sepuluh orang. Satu korban di Jakarta, dan sembilan lainnya di Jawa Timur. Dari sembilan korban yang diperkirakan di Jawa Timur, empat di antaranya sudah ditemukan di Jombang. Keempat korban itu adalah, Guruh, Ariel, Vincent, dan Grandy.
Misteri Thunder Terkuak
Sementara itu, Ahmad Maskur (60) dan Saitun (55), ayah ibu Ryan, Ahad (27/7) kemarin, dipanggil Polres Jombang. Mereka menjalani pemeriksaan terkait penemuan empat buah mayat di belakang rumah mereka di Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang, 20 Juli lalu.
Selain bapak dan ibu Ryan, polisi juga memeriksa kakak kandung Ryan, Mulyo Wasis (45), seorang guru SD. Ketiga anggota keluarga Ryan ini diperiksa di Satreskrim Polres Jombang hampir enam jam.
Sebelumnya, Ahmad Maskur ternyata juga menjalani pemeriksaan di Mapolda Jatim berhari-hari. Saat diiperiksa seputar penemuan empat mayat korban pembunuhan anaknya itu, mantan satpam PG Jombang Baru ini mengaku tak tahu-menahu. Kepada penyidik dia menyatakan bahwa dirinya dan istrinya jarang pulang ke rumah.
“Mereka mengaku jarang tinggal di rumah karena setiap hari Sabtu dan Minggu berada di Sidoarjo, di rumah putri angkatnya, Nanik,” ujar Kasatreskrim Polres Jombang AKP Kasyanto SB, menirukan Ahmad Maskur, usai pemeriksaan.
Namun, Ahmad Maskur mengakui bahwa motor Suzuki Thunder –yang sebenarnya milik Mohammad Akhsoni (27), warga asal Desa Slawe, Kecamatan Tarik, Sidoarjo– sempat dipakai Ryan serta kakak Ryan, Mulyo Wasis.
Nama Akhsoni muncul karena laporan Mujiana (27) ke Mapolres Jombang. Mujiana yakin suaminya yang karyawan PT Tjiwi Kimia itu menjadi salah satu korban pembunuhan Ryan. Suaminya itu terakhir pergi naik motor Suzuki Thunder pada September 2007.
“Nah, sepeda motor itu ternyata pernah diambil oleh Ahmad (ayah Ryan), pada 2 Juni 2008 dan sebelum kita temukan di penitipan di Desa Sentul sekitar 2 km dari rumah Ryan,” tukas AKP Kasyanto. Dia menambahkan, motor dengan nopol W 5454 GR itu juga pernah berada di rumah kakak Ryan, Mulyo Wasis.
“Inilah yang membuat kami janggal, apalagi pihak Mapolsek Tarik, sampai hari ini (kemarin, red) tak juga datang ke Jombang untuk melakukan koordinasi serta mendalami seputar kebenaran hilangnya motor beserta karyawan PT Tjiwi Kimia Sidoarjo itu,” tandasnya.
Sementara saat disinggung keterlibatan keluarga Ryan terhadap pembunuhan berantai yang dilakukan Ryan, Kasyanto tidak berani berkomentar. Pihaknya hanya mengatakan akan terus melakukan pengembangan. “Kalau sepeda motor itu, akan kami jadikan barang bukti. Kita juga harus koordinasi dengan Polsek Tarik, Sidoarjo. Karena kejadiannya terjadi di wilayah hukum Polsek Tarik,” ujar Kasyanto.
Gangguan Jiwa
Sementara itu, Saitun, ibu Ryan, tampak sedih dan terpukul setelah anak keduanya itu terlibat kasus pembunuhan berantai. Ia sempat menjelaskan bahwa Ryan pernah mengalami gangguan jiwa. Itu terjadi saat Ryan masih duduk di bangku kelas 3 SMP Negeri I Tembelang Jombang.
Diduga akibat gangguan kejiwaan ini, Ryan akhirnya mengalami perubahan perilaku yang cukup drastis. “Logatnya jadi agak lembeng dan gemar memakai aksesoris perempuan,” ungkap Siatun sebelum menjalani pemeriksaan.
Namun, pihak keluarga sendiri tidak mengetahui secara jelas penyebab gangguan kejiwaan Ryan. Mereka hanya tahu bahwa Ryan mengalami tekanan mental atau depresi tanpa sebab yang jelas. Saat itu yang dilakukan keluarga hanya memberikan pemeriksaan dan perawatan di RS Gatoel, Mojokerto selama dua minggu. “Ya, setelah sembuh Ryan jadi lebih tertutup dan pendiam,” tambah perempuan berjilbab ini sembari melelehkan air matanya.
Watak Berbahaya
Sementara itu, Mulyo Wasis, menjelaskan bahwa watak adiknya yang pendiam itu bisa berbalik 180 derajat tatkala emosinya terganggu. “Di balik sifatnya yang pendiam, Ryan bisa berubah temperamental kalau marah,” ujar lelaki yang berprofesi sebagai guru itu.
Bahkan, tambah Wasis, jika terjadi cekcok dan selisih paham antara Ryan dan keluarga Ryan, seringkali mengamuk dan mengancam dengan membawa pisau. “Sering, kalau bertengkar dengan orangtuanya, Ryan mengejar dan mengancam ibu (Siatun) dengan pisau,” ujar Wasis.
Pernyataan Mulyo Wasis ini juga diamini Ahmad Maskur, bapak kandung Ryan. Dia mengakui bahwa kendati pendiam dan berperilaku lembut, kemarahan Ryan bisa berubah-ubah. Jika sudah demikian, biasanya Ahmad dan istrinya lebih banyak mengalah.
Kendati demikian, Mulyo Wasis dan Ahmad menampik bahwa hubungan Ryan dengan keluarganya tidak harmonis. Mereka mengaku dalam keseharian hubungan Ryan dan keluarga normal dan wajar-wajar saja.
“Kalau ada masalah-masalah kecil antar orangtua dan anak, itu hal yang sangat lumrah dalam keluarga, dan selama ini Ryan juga tidak ada masalah dengan saudara-saudaranya yang lain walaupun dia agak sedikit tertutup,” tambah Wasis. (ami/sof)
http://www.dutamasyarakat.com/rubrik.php?id=32900&kat=Nasional
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,