
Suasana rumah Akhmad dan Siatun, orangtua Ryan, yang sedikit lengang dari sehari sebelumnya. Masih juga di datangi oleh puluhan warga, demi menyaksikan lebih dekat lokasi di mana Ryan mengubur empat jenazah korbannya itu.
Di dua kubangan bekas galian tim forensik Polda Jatim, yang tepat berada di balik pintu dapur bekalang rumah Ryan. Warga masih mengaku terenyuh saat mencermati bagian demi bagian dari lokasi yang menjadi tempat jenazah korban Ryan itu.
Merekapun mulai mengelus dada dan menyayangkan perbuatan pria tampan yang terkenal sebagai sosok pendiam, rajin mengaji dan pandai merias anak kecil.
Kebanyakan dari warga tetap tak menaruh curiga, jika Ryan yang sebelumnya menjadi panutan sejumlah murid-murid TPQ di Desa Jatiwates itu, tiba-tiba menjadi sosok yang sadis. Apalagi dengan tega dan berani membunuh para korbannya dan menguburnya di rumah sendiri.
Bahkan, sejak Ryan diberitakan menjadi tersangka kasus mutilasi terhadap Heri Santoso, 40, di Jalan Raya Kebagusan, Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu (12/7) lalu, warga mulai berspekulasi menilai sosok Ryan, adalah si pembunuh sadis.
Solikhan, 38, paman Ryan misalnya. Pria yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Ryan itu mengaku kaget dengan ulah keponakannya itu. Ia mengatakan, selama ini, tak ada tanda-tanda jika Ryan bisa tega mengabisi nyawa manusia. Apalagi jumlahnya hingga mencapai 5 orang.
“Saya tak mengira Ryan bisa sekejam itu membunuh tetaman-teman dekatnya,” ujar Solikhan menyayangkan.
Seperti yang banyak dikatakan warga lainnya, Ryan memang sosok pemuda yang rajin mengaji. Bahkan, jumlah murid Ryan mencapai ratusan orang, terutama anak-anak. Di tempat kelahirannya, Si jagal ini juga terlihat sebagai ‘anak baik’ yang gemar membantu pekerjaan rumah orang tuanya.
“Setiap hari dia selalu menyapu rumah, dan merawat bunga-bunga di depan rumahnya,” katanya.
Namun, ia tak membantah jika putra pasangan Akhmad dan Siatun itu memiliki kelainan dalam hal memilih ‘teman’. Ryan lebih senang bergaul dengan sesama jenis dalam keshariannya. Bahkan, tak jarang teman sesama jenisnya itu singgah dikediaman Ryan dan menginap. Meski begitu, Sholikhan, mengatakan tak tahu menahu, soal hubungan Ryan dengan semua teman laki-lakinya itu, termasuk empat korban yang saai ini telah menjadi mayat.
“Yansyah (panggilan akrab didesa si jagal itu) logatnya memang seperti perempuan. Baik dari cara jalannya maupun nada bicaranya. Saya pikir dibalik itu semua, tak ada kelainan lain tuh,’’ terang pria yang mengaku bekerja serabutan ini.
Sosok jahat sama sekali tak dinampakkan Ryan. Apalagi, aktivitas Ryan selalu berhubungan dengan aktivitas perempuan. Menurut dia, keahlian Ryan menari dan menjadi pengajar, sama sekali tak menampakkan jiwa bengis. Namun, hal itu akhirya tak berlaku setelah polisi menggelandang keponakannnya itu kerumahnya akibat kassu pembunuhan sadis di Jakarta.
“Dia itu pendiam. Jangankan membunuh manusia, untuk membunuh bintang saja saya ragu,’’ tukas pria satu anak ini.
Kendati demikian, Ia sama sekali tak menyadari jika sifat buruk yang dimiliki Ryan tersebut ada hubungannya dengan empat mayat yang berhasil di temukan di belakang rumahnya itu.
“Tak pernah ada tanda-tanda, termasuk suara orang menggali saat malam hari. Kami juga heran, kok bisa Ryan mengubur para korbannya itu sendirian,’’ tukasnya.(ami)
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,