Tim Petugas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), Jawa Timur, mengaku kesulitan melakukan pembongkaran lebih dalam pada situs kuno itu. Pasalnya, selain terkendala biaya, proses pemugaran situs yang diduga dijadikan sebagai tempat pemujaan dewa siwa tersebut, juga berada ditanah pribadi warga.
Danang Wahyu Utomo, Ketua Tim Eskavasi Penyelamatan benda purbakala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, mengaku masih kesulitan menindaklanjuti temuan warga tersebut. Hanya saja, pihaknya berencana akan tetap melakukan pemantauan berkala agar situs Watu Miring ini tidak hilang dan hancur.
”Kendala kita di biaya dan aset, sebab sampai sekarang kita masih kesulitan melakukan komunikasi dengan pemilih perkebunan tebu ini,” ujar Danang, saat ditemui di lokasi di temukannnya Situs Watu Miring itu, kemarin.
Dikatakan Danang, situs yang di temukan di Dusun Pekunden Desa Kademangan Kec Mojoagung, Jombang ini, merupakan situs berharga yang mempunyai hubungan erat dengan sejarah kerajaan majapahit. Menurut Danang, melihat bangunan fisik serta benda-benda berupa Yoni, yang diketemukan didekat tumpukan batu-batu merah tersebut dimungkinkan merupakan candi tempat pemujaan.
”Melihat lebar ukurannnya yang mencapai 7X8 meter persegi ini, menggambarkan bahwa situs ini mempunyai kedalaman sampai 13 meter ke tanah, apalagi, struktur bengunannya lebih condong mengarah ke timur, yang mirip dengan bangunan Candi Watu Miring sebagai tempat pemujaan terhadap Dewa Siwa,” terang Arkeolog ini.
Dikatakan dia lagi, secara fisik bangunan yang diduga Candi Watu Miring ini juga mempunyai pintu masuk menuju ruang pemujaan suci berupa tangga, tepat di sebelah barat pelataran candi. Namun, kata dia, setelah ia melakukan penggalian di sekitar sudut-sudut bangunan, keberadaan tangga-tangga bagunan kuno itu sudah hancur menjadi keping-kepingan batu-batu merah.
”Lingga sebagai pasangan Yoni, yang digunakan untu mengucurkan air suci juga tidak kita temukan, harusnya ada itu, tapi mungkin sudah rusak akibat di jadikan perkebunan tebu,” katanya.
Dari usaha penggalian sementara yang dilakukan tim BP3 pada bangunan yang diduga aset sejarah jaman majapahit tersebut, hanya mampu memunculkan susunan batu bata berundak selebar 8 meter dengan lebar sekitar 7 meter saja.
"Diperkirakan masih ada bangunan yang lebih besar yang masih terpendam di dalam tanah. Namun karena tanahnya milik warga dan sedang di tanami Tebu, kita tunda dulu penggalian kami, sebab, kami juga belum minta izin kepada pemilik untuk melakukan penggalian, maka kita tidak bisa meneruskan untuk memastikan berapa sebenarnya lebar konstruksi bangunan yang masih terpendam di dalam tanah ini,” tandas Danang.
Seperti diketahui sebelumnya, penemuan benda kuno yang diduga bekas peninggalan jaman kerajaan majapahit ini ditemukan oleh Solichin (71), salah satu warga Dusun Pekunden Desa Kademangan Kec Mojoagung Jombang. Ia mengaku telah lama mengetahui keberadaan benda kuno yang berada di tengah kebun tebu milik Suyit warga asal Sumobito itu. Namun olehnya, benda kuno yang menyembul dari gundukan tanah tersebut ia biarkan saja terbengkalai ditempat semula.
Sholichin mengaku, jika penemuan benda seperti ini, sebenarnya tak menjadi keanehan bagi warga setempat. Menurut dia, di lokasi yang berdekatan dengan makam Dusun Pekunden Desa Kademangan itu, kerap kali ditemukan benda-benda asing. Namun, lagi-lagi karena minimnya pengetahuan, warga akhirnya menganggap jika benda tersebut tak memiliki nilai sejarah apapun.
Bahkan sekitar tahun 1960 silam, ia juga mengaku pernah menemukan sebuah Guci yang berisi kepingan koin logam kuno. Lantaran menganggap benda tersebut tak berharga, ia akhirnya melepasnya kepada salah seorang pendatang yang mau menukarnya dengan seekor sapi.
Kejadian serupa nyaris terjadi lagi. Jika saja dirinya tak melaporkan temuannnya kepada Mudai (56), salah satu petugas BP3 Trowulan, yang juga salah satu warga setempat.
Mengatahui hal itu, Mudai (56), langsung melaporkan kejadian tersebut ke kantornya, hinga pihak BP3 langsung melakukan pemantauan ke lokasi.
“Sudah kami laporkan. Dan hasil penggalian sementara, ada tiga benda yang kami temukan,’’ terang Mudai dan ciri-cirinya menguatkan jika benda ini dibuat pada masa Kerajaan Majapahit,” terang Mudai.(ami)
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,