Langsung ke konten utama

Suyanto Gandeng Sekdakab

JOMBANG – Hitungan Bupati Jombang untuk menggendeng Sekretaris Daerah (Sekda) untuk running dalam pilkada bisa dibilang strategis. Dengan menggandeng Widjono Soeparno, ia bisa tetap menggalang dukungan aparat pemerintahan hingga tingkat desa meski harus lengser lebih awal dari jabatannya.

Senin (12/05) malam sekitar pukul 21.30, Suyanto terlihat mendatangi kantor KPU Kab Jombang untuk mengembalikan formulir pendaftaran yang telah ia ambil sebelumnya. Kedatangan Suyanto itu sekaligus menjawab teka-teki siapa yang digandengnya dalam running pilkada tanggal 23 Juli nanti. Suyanto memastikan jika dirinya akan menggandeng Sekdakab Jombang, Widjono Soeparno untuk memantapkan pencalonannya kedua kali ini.

Datang bersama Widjono dan beberapa fungsionaris DPC PDI-P Kab Jombang, Suyanto mengembalikan formulir juga didampingi ratusan kader PDI-P. Praktis, kedatangan Suyanto dan timnya ini mengagetkan banyak kalangan yang sebelumnya memprediksi jika Ali Fikri lah yang akan kembali digandeng menjadi calon wakil bupati.

Tak banyak berkomentar, Suyanto memperkenalkan pasangannya dihadapan anggota KPU Kab Jombang dan beberapa wartawan yang sejak awal menunggu moment ini.

’’Yah, memang dalam pilkada ini, kami memilih Pak Widjono sebagai wakil saya,’’ kata Suyanto tanpa menyebut alasan memilih adik kandung Gebenur Jawa Timur, Imam Oetomo itu.

Ia mengalihkan pembicaraan jika dirinya siap meninggalkan pendopo dalam minggu-minggu ini. Itu menyusul pendunduran dirinya sebagai Bupati Jombang dalam pendaftaran kemarin.

’’Saya sudah mengundurkan diri, sesuai dengan peraturan yang ada. Minggu depan saya meninggalkan pendopo,’’ ujar Suyanto.

Dia mengaku, pasca lengsernya dia menjadi orang nomor satu di Kab Jombang, DPC PDI-P telah menyiapkan sekretariat khusus untuk Suyanto. Disaptikan pula, jika dalam minggu-minggu ini, ia bakalan menempati ‘rumah baru’nya itu. ’’Saya akan disana,’’ katanya sembari buru-buru meninggalkan kantor KPU Kab Jombang.

Semenatara Ketua DPRD Kab Jombang, Halim Iskandar benar-benar mencalonkan diri dalam pilkada ini. Hanya saja, Ketua DPC PKB versi Muhaimin Iskandar itu hanya memposisikan sebagai calon wakil bupati, mendamoingi Nyono Suharli yang diusung Partai Golkar. Padahal, PKB merupakan partai pemenang dalam pemilu tahun 2004 lalu.

Seakan bersaing unjuk kekuatan dengan calon wakil bupati dari PKB lainnya, Ikhsan Effendi, Halim juga diantar ratusan massanya untuk mengembalikan formulir pendaftaran ke kantor KPU sekitar pukul 20.10.

Disinggung soal ajakan Iksan Effendi agar PKB kubu Halim bergabung, Solikhin Ruslie, Wakil Ketua Bidang Hukum dan Pemerintahan DPC PKB Jombang versi Muhaimin Iskandar malah menantang balik. Menurut dia, kubu Iksan-lah yang seharusnya bergabung dengannya.

’’Jangan kami yang diajak gabung, seharusnya mereka (Ikhsan Effendi) yang bergabung dengan kita,’’ kata Solikhin.

Ajakan balik itu menurutnya, karena ia menilai jika PKB-nyalah yang sah dimata hukum. Sehingga PKB lainnya harus tunduk kepada DPC PKB dibawah pimpinan Halim Iskandar.

’’Jangan salah, yang berkuasa itu bukan Dewan Syuro, melainkan Dewan Tanfidz,’’ tegasnya menyebut Gus Dur dan Muhaimin Iskandar dalam konflik PKB yang berimbas pada PKB Jombang.

Tak hanya pasangan Nyono Suharli- Halim Iskandar dan Suyanto - Widjono Soeparno saja yang berebut mengembalikan formulir pendaftaran malam hari. Pasangan yang diusung Partai Demokrat dan beberapa partai gurem ini mendatangi kantor KPU Kab Jombang menjelang detik-detik akhir masa pendaftaran. Sekitar pukul 23.00, puluhan kader Partai Demokrat mengantar calon mereka, Suharto, yang juga sebagai Ketua DPC PD Kab Jombang. Seharto juga didampingi wakilnya, Mujib Mustain yang kini masih menjabat sebagai rektor Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang.


Ali Fikri Kaget

Beberapa kalangan mengaku kaget dengan ‘ditinggalnya’ Wakil Bupati Jombang, Ali Fikri oleh Suyanto. Pasalnya, selama memimpin Jombang selama empat tahun lebih ini, tak ada gejolak antara dua pemimpin itu. Apalagi keduanya tampak selalu bersama-sama dalam setiap momen menjelang pilkada ini.

Kaget serupa juga dialami Ali Fikri sendiri. Dia mengaku tak mengira jika dirinya bakal ditinggal Suyanto dalam pilkada kali ini. Pasalnya menurut dia, sejak awal telah ada komitmen dengan Suyanto jika dirinya bakal digandeng kembali untuk mendampingi Suyanto kembali memimpin Kab Jombang tahun 2008-2013.

"Saya juga kaget saat detik-detik akhir, Mas Yanto (panggilan akrab Suyanto) ternyata memilih Sekdakab,’’ kata Fikri saat dihubungi SINDO sore kemarin.

Namun menjelang detik-detik akhir pengambilan formulir, ia juga mengaku mulai merasa pesimis akan kembali digandeng Ketua DPC PDI-P Kab Jombang itu. Menurutnya, saat memasuki tahap pengembalian formulir, ia kesulitan untuk melakukan kontak dengan Suyanto, begitu juga dengan tim-tim Suyanto lainnya.

"Semua HP mereka tak bisa dihubungi. Dari sana saya baru sadar jika kemungkinan Mas Yanto tak akan menggandeng saya lagi,’’ tukas Ketua DPD PAN Kab Jombang ini.

Mengetahui kondisi ketidakpastian posisi itu, ia segera melakukan rapat dengan beberapa fungsionaris DPD PAN Kab Jombang, Senin malam. Sat itu juga diputuskan, PAN akan mengalihkan suaranya kepada calon lain, bukan Suyanto.

"Dari hasil rapat bersama Dewan Penasehat PAN, dukungan suara PAN kami limpahkan ke pasangan Nyono Suharli-Halim Iskandar malam itu juga,’’ tegasnya.

Namun, proses pelimpahan suara itu juga berjalan alot. Pasalnya, saat memberikan dukungan tertulis di KPU sekitar pukul 23.45, dukungan tambahan dari PAN itu ditolak anggota KPU. Alasannya, penambahan dukungan partai hanya bisa diberikan saat usai verifikasi tahap pertama. Pemberian dukungan kepada pasangan Nyono Suharli-Halim Iskandar inipun gagal.

Selain itu kata dia, gagalnya pemberian dukungan kepada pasangan itu lantaran Halim Iskandar sendiri yang ‘lamban’ dalam merespon tambahan dukungan suara itu.

"Malam itu juga pak Nyono kami panggil ke rumah untuk memibarakan soal ini, bersama Halim Iskandar. Tapi beberapa jam ditunggu, ternyata Halim tak juga muncul. Akhirnya kami mempertimbangkan kembali pemberian dukungan itu,’’ tegasnya sembari menyebut jika ternyata PKB Halim ternyata tak lolos verifikasi, maka suara Golkar tak akan mencapai suara yang disyaratkan untuk mengusung calon.

Ditanya apa yang dilakukan pasca pilkada ini, Fikri tak menjawab. Hanya saja ia memastikan, dirinya akan tetap ingin melakukan perubahan untuk Jombang yang lebih baik.

’’Tak harus menjadi bupati atau wakil bupati. Saya akan tetap berjuang untuk rakyat,’’ katanya mengakhiri pembicaraan.


Suyanto Tetap Berat Tinggal Fikri.

Niat Suyanto meninggalkan Ali Fikri dalam pilkada Jombang kali ini, bisa dibilang setengah hati. Calon bupati yang diusung PDI-P itu sempat menangis saat partainya memutuskan untuk mendepak wakil bupati Jombang yang telah empat tahun lebih mendampingi dia memimpin Jombang itu.

Pengakuan keberatan Suyanto untuk ‘meninggalkan’ Ali Fikri itu diungkapkan salah satu fungsionaris DPC PDI-P Kab Jombang, Joko Triono. Menurutnya, sejak awal Suyanto telah menggadang Ketua DPD PAN Kab Jombang itu untuk kembali mendampinginya memimpin Jombang tahun 2008-2013 nanti.

Iya, secara pribadi Pak Yanto memang menginginkan Pak Ali Fikri untuk tetap digandeng. Bahkan beliau sempat menangis saat partai memutuskan nama Widjono Soeparno,” ungkap Joko Triono via teleconference sore kemarin.

Kendati demikian, Suyanto tetap menghargai keputusan partainya tersebut dan harus legowo dengan menggandeng Sekdakab Jombang yang juga adik kandung Gubernur Jatim, Imam Oetomo itu.

Dia menyebut, penentuan nama Widjono yang telah digodok selama tiga hari sebelum masa pendaftaran calon di KPU itu ditutup, diikuti oleh 14 anggota petinggi DPC PDI-P Kab Jombang. Bahkan, rapat tersebut juga tidak hadiri oleh Suyanto sendiri, meski agenda itu juga membahas mengenai calon pendamping dia dalam pilkada 23 juli mendatang.

Rapat evaluasi tiga nama calon pendamping Suyanto, yakni Halim Iskandar (Ketua DPRD Kab Jombang), Widjono Soeparno dan Ali Fikri yang sudah digodok itu, nama Ali Fikri tetap tak bernasib mujur. Sejumlah catatan buruk diungkapkan pengurus DPC PDI-P. Dia dianggap telah mengkhianati sumpahnya sendiri saat digandeng Suyanto dalam pilkada tahun 2003 lalu, yang mengantarkan Suyanto-Ali Fikri menduduki kursi pemimpin di Kab Jombang lima tahun itu.

Dulu dia bersumpah akan loyal kepada PDI-P, tapi nyatanya, dari hasil evaluasi yang dogodok DPC, ternyata Ali Fikri tak cukup loyal kepada PDI-P. Sebab, kami anggap Sli Fikri, sama sekali tak ada sumbangsih sedikitpun kepada PDI-P,” tukasnya.

Selain itu kata dia, pertimbangan ‘mendepak’ Ali Fikri lantaran ia kurang peduli dengan Nahdlatul Ulama, yang nota bene banyak mendukung Suyanto. Sehingga, nama Ali Fikri tak lagi ‘harum’ dimata pengurus DPC.

Memang dia kurang peduli dengan NU, padahal mayoritas warga Jombang itu kan berkultur NU,” terangnya.

Selain Fikri, nama Halim Iskandar juga tak begitu menggiurkan untuk digandeng Suyanto. Dengan pertimbangan partai Halim (PKB Pro Muhaimin) bermasalah, tim DPC memutuskan untuk tak menggandengkan kakak kandung Muhaimin Iskandar itu dalam pilkada kali ini. Sehingga, tinggal nama Widjono Soeparno yang dianggap bersih dari nilai buruk.

Dari tiga nama itu, yang dianggap aman untuk mendampingi Pak Yanto adalah Widjono Soeparno,” tegasnya.

Selain dianggap bebas dari nilai buruk, Widjono juga memiliki nilai kesejarahan dengan PDI-P. Meski menjabat sebagai pegawai negeri sipil (PNS), Widjono memiliki darah PDI-P dari ayah kandungnya, Suparno.

Ayahnya pernah menjabat sebagai Ketua DPD PDI Jatim, sebelum nama PDI berubah menjadi PDI-P. Itu juga menjadi pertimbangan kami memilih Widjono,” urainya.

Ditambahkan lagi, peserta rapat pleno DPC itu juga menilai Widjono cukup cakap dalam memimpin Jombang, saat dirinya menjabat sebagai sekretaris daerah. Sehingga, Widjono dianggap mampu mendampingi Suyanto memimpin Kab Jombang lima tahun ke depan.

Hasil rapat itu kita sampaikan ke DPD PDI-P Jatim. Dan hasil rekomendasinya, Widjono-lah yang mendampingi Pak Yanto,” pungkasnya.

Sayangnya, Ali Fikri sendiri sore kemarin tak bisa dihubungi. Salah satu nomor teleponnya yang biasanya bisa dihubungi, kemarin dalam kondisi tidak aktif. Namun sebelumnya, ia mengaku menyayangkan sikap Suyanto dan pengurus DPC PDI-P Kab Jombang yang sulit dihubungi menjelang detik-detik akhir masa pendaftaran calon.

Ia menilai, Suyanto dan Widjono telah menyalahi komitmen yang telah dibuat bertiga, saat Widjono belum menjabat sebagai sekdakab. Dalam kesepakatan itu, Widjono berjanji tak akan mencalonkan diri dalam pilkada.

Bahkan Mas Yanto (panggilan akrab Fikri kepada Suyanto) sendiri yang takut jika Widjono akan merintangi kami untuk kembali maju dalam pilkada saat ini,” kata Fikri.

Bahkan kata dia, Widjono sempat disumpah untuk tak ikut bertarung dalam pilkada kedua pasangan Suyanto – Ali Fikri.

Saya pegang betul komitmen itu. Bahkan untuk memegang komitmen ini, saya sama sekali tak melakukan komunikasi dengan calon-calon pilkada yang lain. Apalagi untuk menggandeng dan digandeng calon-calon lain,” tuturnya sembari mengaku menyayangkan pembalikan komitmen oleh pasangan calon dari PDI-P itu.(amir castro).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korban Ryan Tembus 11 Orang

Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...

Jelang Eksekusi Mati, Sumiarsih Isi Waktu Latih Napi Bikin Selimut

Kendati hendak di eksekusi mati. Sumiarsih , 65 , otak pembunuhan berencana lima anggota keluarga Letkol Marinir Purwanto di Surabaya, 20 tahun silam, nampak pasrah menghadapi rencana eksekusi Kejagung bulan ini. Bahkan sesekali ia terlihat tegar bersama rekan-rekannya di LP Porong, dengan melakukan kegiatan membuat selimut dari tempat tisu. Dengan mengenakan seragam Napi (narapidana) Lapas Wanita Malang warna biru tua, mata Sumiarsih tampak sayu. Demikian pula wajahnya yang dihiasi garis-garis keriput juga terlihat lelah dan sayup. Namun, Mbah Sih, panggilan akrab- Sumiarsih di antara sesama napi, tetap ingin tampil ramah. "Saya habis bekerja di Bimpas (Bimbingan Pemasyarakatan). Bersama rekan-rekan membuat tempat tisu ini," kata Sumiarsih sambil menunjukkan beberapa hasil karyanya di ruang kantor Entin Martini, kepala Lapas Wanita Malang, yang berlokasi di kawasan Kebonsari, Sukun, itu. Sudah tiga bulan ini Sumiarsih aktif membimbing para wanita penghuni lapas membua...

galeri 1000 Puisi Untuk RA KARTINI

FOTO : DUTA/AMIR CASTRO Captoin : SIMBOL PERLWANAN KARTINI MELAWAN PENINDAS FEODAL. Sejumlah mahasiswa STKIP PGRI Jombang, peringati Hari Kartini dengan memajang karya mereka dalam tema 1000 Puisi Untuk RA KARTINI.