Langsung ke konten utama

Razia Narkoba, Picu Aksi Boikot

Sejumlah Wartawan Pun Pilih Gantung Kamera dan ID Card

JOMBANG – Razia Narkotika dan Obat-obatan terlarang (Narkoba) yang digelar jajaran Polres, di Lapas (Lembaga Permasyarakatan), kemarin, (7/05) siang. Diwarnai dengan aksi boikot sejumlah wartawan baik cetak maupun elektronik. Pasalnya, mereka tidak bisa meliput lantaran dihalang-halangi petugas lapas.

Aksi boikot itu dipicu oleh dilarangnya wartawan meliput ke dalam Lapas yang dijadikan sebagai tempat digelarnya razia itu. Padahal para wartawan telah menunggu kedatangan petugas dari jajaran Polres setempat sejak jam 09.00 pagi. Bahkan, salah satu petugas lapas pun tampak tidak bersahabat dengan meminta wartawan untuk meninggalkan tempat.
Maaf mas, anda tidak boleh masuk kedalam. Sebaiknya anda tunggu saja di luar sampai kegiatan ini selesai,” pinta Anang Ahmadi, salah satu penjaga lapas pada wartawan yang berusaha masuk ke dalam lapas untuk meliput.
Dengan kasar, Ahmad juga meminta kepada sejumlah wartawan untuk tetap berada di luar sebelum mendapatkanizin secara tertulis dari Depkum& Ham propinsi, guna melakukan liputan di dalam lapas.
Kalau memang kalian mau meliput kedalam, saya harus tahu dulu izin anda dari kanwil, mana izin anda ?” bentak Ahmad.
Kejadian tersebut berlangsung ketika sejumlah wartawan yang sedang melakukan liputan razia narkoba di salah satu Lapas itu mencoba masuk bersamaan dengan jajaran petugas kepolisian yang kebetulan datang bersamaan. Namun, setelah menunggu sekitar 15 menit di depan pintu besuk. Para wartawan itu pun langsung di cegat dan diminta kembali keluar oleh petugas lapas itu.
Setelah terjadi perdebatan yang cukup lama antara petugas lapas dengan wartawan, para wartawan pun langsung memilih untuk menunggu di depan dengan duduk-duduk di depan pitu masuk. Ironisnya, petugas pun tetap meminta mereka untuk secepatnya meninggalkan tempat.
Kalian ini tidak bisa di bilangin ya ?. Izin dulu ke kanwil baru masuk.” seru Ahmad.
Bukan itu juga, dengan nada membentak, petugas ini juga sempat mengancam para wartawan untuk secepatnya keluar dari halaman depan lapas. Pasalnya, petugas tersebut tampak risih ketika sejumlah wartawan meletakkan kamera dan ID Cardnya di depan pintu masuk lapas.
Kalian ini tidak punya telinga ya, saya kan sudah bilang, kalau mau meliput didalam kalian harus ada izin dulu dari propinsi. Kalau tidak mending kalian keluar saja jangan berkerumun disini, risih tau nggak,” pinta Ahmad membentak.
Bentakan petugas itupun langsung di reaksi oleh sejumlah wartawan. Menurutnya, hal itu sudah seharusnya tidak di utarakan oleh patugas Lapas.
Oke kalau kita tidak boleh meliput tidak apa-apa, tapi jangan membentak begini dong. Kita disini sudah menunggu dari pagi, kalau tidak di ijinkan tidak masalah, tapi sekali lagi jangan maen ancam gitu, ini kan pelecehan,” sahut Krisna wartawan TVRI yang kebetulan sedang berada di lokasi.
Selang beberapa menit kemudian. Para wartawan pun langsung meninggalkan lokasi, lantaran kecewa dengan sikap angkuh petugas lapas.(amir castro).
http://www.dutamasyarakat.com/rubrik.php?id=28037&kat=Daerah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korban Ryan Tembus 11 Orang

Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...

Jelang Eksekusi Mati, Sumiarsih Isi Waktu Latih Napi Bikin Selimut

Kendati hendak di eksekusi mati. Sumiarsih , 65 , otak pembunuhan berencana lima anggota keluarga Letkol Marinir Purwanto di Surabaya, 20 tahun silam, nampak pasrah menghadapi rencana eksekusi Kejagung bulan ini. Bahkan sesekali ia terlihat tegar bersama rekan-rekannya di LP Porong, dengan melakukan kegiatan membuat selimut dari tempat tisu. Dengan mengenakan seragam Napi (narapidana) Lapas Wanita Malang warna biru tua, mata Sumiarsih tampak sayu. Demikian pula wajahnya yang dihiasi garis-garis keriput juga terlihat lelah dan sayup. Namun, Mbah Sih, panggilan akrab- Sumiarsih di antara sesama napi, tetap ingin tampil ramah. "Saya habis bekerja di Bimpas (Bimbingan Pemasyarakatan). Bersama rekan-rekan membuat tempat tisu ini," kata Sumiarsih sambil menunjukkan beberapa hasil karyanya di ruang kantor Entin Martini, kepala Lapas Wanita Malang, yang berlokasi di kawasan Kebonsari, Sukun, itu. Sudah tiga bulan ini Sumiarsih aktif membimbing para wanita penghuni lapas membua...

galeri 1000 Puisi Untuk RA KARTINI

FOTO : DUTA/AMIR CASTRO Captoin : SIMBOL PERLWANAN KARTINI MELAWAN PENINDAS FEODAL. Sejumlah mahasiswa STKIP PGRI Jombang, peringati Hari Kartini dengan memajang karya mereka dalam tema 1000 Puisi Untuk RA KARTINI.