Banjir secara sporadis yang melanda Desa Manisronggo, Gondangmanis, Kayen dan Pucang simo serta Desa Bandar di kecamatan yang sama di wilayah Kab Jombang itu sempat merendam ratusan rumah warga serta ratusan hektar areal tanaman padi petani. Takut jika tanaman padi itu rusak, sebagian petani langsung menyelamatkan tanaman padinya dengan cara memanennya lebih awal.
Hal itu terlihat di Desa Pucangsimo, satu dari Lima desa yang terendam banjir tersebut. Sutik (37), seorang petani yang ada di desa tersebut mengaku, jika terjangan banjir yang melanda perkampungan dan sawahnya itu sudah berlangsung selama dua hari yang lalu.
"Bukan hanya disini saja, empat desa lainnya juga terendam banjir. Kayak Desa Kayen, Manisronggo, Gondangmanis dan Bandar juga terendam," terang Sutik.
Hujan lebat yang mengguyur daerahnya ditambah lagi dengan jobalnya tanggul Sungai Bendil, ketinggian air yang menggenangi sawahnya menjadi tak terkendali. "Airnya sudah tinggi, kalau tidak dipanen dulu, bisa rugi mas. Apalagi harga gabah sekarang ini juga sangat rendah,” aku Sutik.
Sutik mengaku, pilihan untuk memanen tanamannya lebih awal itu lebih disebabkan karena persawahannya sudah terendam air hampir selutut. Menurutnya, jika kondisi tersebut terus-terusan dibiarkan, dia khwatir batang padi dan isi padinya menjadi rusak dan busuk. “kita lebih memilih cara pintas ini ketimbang harus menanggung kerugian yang lebih besar,” akunya.
Dikatakan dia, akibat banjir tersebut kerugian yang harus dia tanggung ditaksir dua kali lipat lebih besar dibanding dengan biaya awal dia tanam. Pasalnya, tanaman yang diprekdisi bakal dia panen dua minggu lagi itu ternyata sudah terendam air hingga setinggi lutut orang dewasa. “Keluarga kami hanya manggantungkan penghasilan dari sini. Jadi kalau hasil sawah kami jelek, kami sudah tidak bisa-berbuat apa-apa,” aku Sutik.
Kendati kerugian akibat banjir yang merendam sawahnya itu tidak dirasakan dia sendiri. Namun, kondisi tersebut menurut Sutik, bisa berdampak pada penghasilan dia sehari-hari. Baik untuk biaya sekolah anak-anaknya maupun biaya tanam berikutnya.
“Harga benih, harga pupuk dan obat-obatan, sudah habis berapa kalau semuanya dihitung? belum lagi biaya tenaga buruh taninya, jelas rugi saya,” tandas Sutik sembari melanjutkan pekerjaannya.(amer) / http://www.dutamasyarakat.com/rubrik.php?id=26681&kat=Daerah
Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,