Langsung ke konten utama

Baliho Bacawabup Mulai Disoal

JOMBANG – Baliho bergambar foto diri calon bupati dan wakil bupati (Bacawabup) yang akan maju dalam pilkada 23 Juli mendatang, mulai menuai protes dari kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Jombang.

Selain keberadaannya telah dinilai merusak keindahan kota, sejumlah LSM ini juga mensinyalir jika baliho dan beberapa jenis spanduk tersebut sama sekali tidak berpajak. Bahkan, mereka juga sempat menyesalkan keberadaan baliho bergambar Bupati Jombang, Suyanto.
“Kayak yang terpasang disemua sudut desa dan kota, semua bertuliskan ajakan untuk tetap memilih Suyanto sebagai bupati,” ujar Aan Anshori Direktur Lingkar Indonesia untuk Keadilan (Link) Jombang.
Aan Anshori, menyesalkan, jika keberadaan baliho para kontestan pilkada 23 Juli nanti itu sudah diambang batas. Menurut dia, pemasangan baliho itu tak lagi mengindahkan tata letak kota. Sehingga, baliho tersebut kerap merusak pemandangan kota.
“Coba lihat? Di setiap sudut kota ada baliho foto diri. Dan mereka sama sekali tak mengindahkan keindahan kota,’’ lanjutnya
Selain itu, ia juga meyakini jika baliho yang jumlahnya ratusan itu tak memiliki ijin dari Dinas Pendapatan (Dispenda) setempat, yang secara otomatis menyatakan status baliho tersebut ‘liar’. Apalagi, kata Aan, khusus untuk baliho bergambar Suyanto, hampir di seluruh satuan kerja dan pemerintahan baik di tingkat kota maupun desa semunya ada.
“Kalau jelas-jelas baliho ini tak berijin dan mengabaikan pajak yang ditentukan pemerintah daerah, ya harus dicopot,’’ desak Aan.
Ia juga menganggap, bahwa Satpol PP, sebagai satuan kerja dalam melakukan penertiban kota, harus berani bersikap tegas terhadap maraknya baliho liar itu. Kata dia, Tak peduli gambar baliho tersebut adalah orang nomor satu di Kab Jombang.
“Kalau baliho liar itu dibiarkan saja, maka jangan salahkan kalau kota Jombang ini menjadi lautan baliho. Satpol PP harus berani menertibkan jika ternyata baliho ini menyalahi Perda,’’ tegas mantan aktivis PMII ini.
Dikatakan dia, baliho bergambar Suyanto yang terpasang di hampir semua satker dan tingkatan pemerintahan itu telah menyalahi aturan. Pasalnya, ada indikasi kuat jika baliho tersebut dibeli dari anggaran APBD Kab Jombang. Bahkan, lelaki barkacamata ini juga berani menyebut, jika ada pengakuan dari sejumlah kepala desa di Kec Mojoagung yang ‘diwajibkan’ memasang gambar Suyanto.
“Sejumlah kepala desa di Mojoagung mengaku membeli baliho itu dari uang dari program Alokasi Dana Desa (ADD). Ini jelas menyimpang, dan tak menutup kemungkinan, di desa lain dan satker juga demikian,’’ tukasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Miftachul Anshori, aktifis Lakpesdam NU Jombang, yang megatakan, disamping merusak pemandangan kota, baliho bergambar calon pemimpin di Jombang dan Jawa Timur itu diangap sebagai model kampanye yang tidak mendidik.
“Baliho itu terkesan klasik dan tidak memberikan pendidikan politik yang mencerdaskan rakyat. Apalagi, model pemasangan gambar calon kontestan di beberapa sudut jalan tersebut kian menambah kumuh tatanan kota,’’ tegas Miftachul Anshori.
Ia menyebut, gambar baliho itu bisa diindikasikan sebagai upaya mencuri start kampanye dalam pilkada. Sehingga, imbuhnya, hal itu dapat dikategorikan sebagai kampanye dini.
“Belum tiba masa kampanye, semua calon sudah berlomba mengkampanyekan diri lewat baliho. Ini sama sekali tidak mendidik,’’ tukasnya.(amer)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korban Ryan Tembus 11 Orang

Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...

Jelang Eksekusi Mati, Sumiarsih Isi Waktu Latih Napi Bikin Selimut

Kendati hendak di eksekusi mati. Sumiarsih , 65 , otak pembunuhan berencana lima anggota keluarga Letkol Marinir Purwanto di Surabaya, 20 tahun silam, nampak pasrah menghadapi rencana eksekusi Kejagung bulan ini. Bahkan sesekali ia terlihat tegar bersama rekan-rekannya di LP Porong, dengan melakukan kegiatan membuat selimut dari tempat tisu. Dengan mengenakan seragam Napi (narapidana) Lapas Wanita Malang warna biru tua, mata Sumiarsih tampak sayu. Demikian pula wajahnya yang dihiasi garis-garis keriput juga terlihat lelah dan sayup. Namun, Mbah Sih, panggilan akrab- Sumiarsih di antara sesama napi, tetap ingin tampil ramah. "Saya habis bekerja di Bimpas (Bimbingan Pemasyarakatan). Bersama rekan-rekan membuat tempat tisu ini," kata Sumiarsih sambil menunjukkan beberapa hasil karyanya di ruang kantor Entin Martini, kepala Lapas Wanita Malang, yang berlokasi di kawasan Kebonsari, Sukun, itu. Sudah tiga bulan ini Sumiarsih aktif membimbing para wanita penghuni lapas membua...

galeri 1000 Puisi Untuk RA KARTINI

FOTO : DUTA/AMIR CASTRO Captoin : SIMBOL PERLWANAN KARTINI MELAWAN PENINDAS FEODAL. Sejumlah mahasiswa STKIP PGRI Jombang, peringati Hari Kartini dengan memajang karya mereka dalam tema 1000 Puisi Untuk RA KARTINI.