Langit yang terlihat cerah, ternyata tidak secerah nasib wanita parubaya ini.
Sri Nuryatun (40) warga Desa Sudimoro Kec Megaluh Kab Jombang yang hanya menggantungkan hidupnya sebagai buruh tani itu, terpaksa harus mencari ban bekas dari tetangga untuk menghidupkan asap dapurnya.
Dengmengandalkan tenaganya Sriatun, tetap 'untun' mengais sisa ban bekas sebagai alternatif pengganti Minyak Tanah (minah) yang harganya kian hari semakin mahal. Tetesan dan kucuran keringat tak membuatnya lelah dan letih untuk bertahan hidup.
Nuryatun mengaku, jika ban bekas yang dia dapatkan secara gratis dari tetangganya itu kemudian di kumpulkannya satu-persatu. Selanjutnya di manfaatkan sebagai bahan bakar untuk menanak nasi.“Walaupun masak pakai ban bekas bau nasinya agak tidak enak. Tapi mau bagaimana, minyak tanah sekarang sudah sangat mahal,”aku Nuryatun sembari mengusap keringat.
Bau ban terbakar serta asap hitam yang keluar dari dapurnya itu, sesekali menerpa kedua mata Nuryatun, pedih bercampur dengan bau menyengat seakan sudah menjadi biasa bagi ibu dua anak ini. Abu yang keluar dari tungku pembakaran menyembur keatas jatuh kedalam gelas yang berisi air putih yang diletakkan di meja, saat DUTA di berijamuan air putih.
Nuryatun yang hidup bersama kedua putranya yang masih duduk dibangku MTS itu, mengaku menjalani semua ini hanya untuk hidup irit. Pasalnya, gaji perhari dari profesinya sebagai buruh tani musiman, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Apalagi, tiap bulan Nuryatun harus mengeluarkan Rp 150 rb untuk kebutuhan kedua anaknya sekolah.
“Sejak bapak anak-anak tidak ada, hidup kita seseperti ini. Ditambah lagi, harga-harga untuk kebutuhan dapur terus melonjak tinggi,” katanya.
Pekerjaan yang digeluti oleh Nuryatun lima tahun yang lalu sebagai buruh tani musiman. Dilakukan sejak dirinya ditinggal oleh pendamping hidupnya yang lebih dulu tiada karena sakit. Menurut dia, beban kedua anaknnya inilah yang harus tetap ia jaga.
“Harta saya, ya kedua anak saya mas, itu saja. Yang penting semuanya sehat dan sabar,” tuturnya getir.
Sementara kondisi tersebut juga tidak dialami oleh Nuryatun saja. Di Desa Sudimoro Kec Megaluh Kab Jombang, juga banyak terdapat masyarakat yang menggunakan ban bekas sebagai bahan bakar untuk memasak nasi.
Semantara Marliyah (38) salah satu tetangga Nuryatun mengaku, jika dirinya juga sudah tiga bulan ini menggunakan ban bekas untuk memanasi tungku penanak nasi dapurnya itu. Kata dia, bahan bakar kayu yang susah didapat dan tinginya harga minyak tanah dipasar beberapa hari terakhir ini. Membuat keluarganya harus menjalani kehidupan yang serba hemat.
“Ada kayu, tapi harus beli, kalau pakai ban bekas lebih mendingan, apalagi gratis,”kata ibu empat anak ini.
Berbeda dengan Marliyah, ibu empat anak ini masih mempunyai pendamping hidup. Namun, pekerjaan suaminya sebagai buruh musiman sepeti Nuryatun, hanya cukup untuk makan saja.
“Uang belanja Rp 15 ribu perhari itu, hanya cukup untuk makan saja,” katanya.(amir).
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,