Diduga, tertinggalnya lembar soal mata pelajaran yang di ujikan pada hari pertama Unas ini, akibat keteledoran petugas dalam mendistribusikan soal tersebut. Pasalnya, lembar soal ujian yang seharusnya didistribusikan ke sekolah MA tersebut masih tersimpan di Gudang Mapolres Jombang.
Kekurangan soal di ruang 5 MA Bahrul Ulum ini pertama kali diketahui salah satu penjaga. Saat semua soal sudah dibagikan ke masing-masing ruangan, namun sepuluh siswa di ruang 5 ini tak kunjung mendapatkan soal. Akibatnya, sepuluh siswa inipun bingung, lantaran harus merelakan siswa lainnya untuk mengerjakan soal terlebih dahulu. Sementara mereka harus menunggu datangnya soal yang sejak awal tak sesuai dengan jumlah.
''Hampir satu jam saya ketinggalan mengerjakan soal. Siapa yang tak takut kalau nantinya tidak lulus,'' ungkap Sairin Minarti, salah satu siswa MA tersebut.
Ia menyayangkan kekurangan soal ini. Bahkan ia juga mengaku ketakutan jika tak lulus lantaran ketinggalan dalam mengerjakan soal. Apalagi, menurutnya, ini adalah pengalaman pertamanya.
''Yang buat saya takut cuma tidak lulus saja. Tapi, saya harap ini tidak terjadi lagi, karena ini pengalaman ujian terkahir saya yang benar-benar menentukan,” ungkap Sairin.
Atas kondisi ini, ia meminta kepada pihak sekolah untuk diberikan waktu tambahan kepada sepuluh siswa ini. Jika tidak, ia akan menyalahkan Dinas Pendidikan (Dindik), supaya bertanggungjawab atas keteledoran pengiriman lembar soal itu.
''Kami akan menuntut Dindik jika tak diberikan waktu tambahan, ini jelas-jelas kami yang dirugikan,'' cetus Sairin.
Sementara, Kepala Sekolah MA Bahrul Ulum, Mohammad Fadlullah membenarkan kekurangan soal terhadap sepuluh siswanya itu. Menurutnya, sejak soal tersebut diambil dari Polsek setempat, memang tak ada jatah untuk ruang 5 itu.
''Sejak awal soal untuk kelas 5 ini memang tak ada, karena dari polsek juga demikian,'' kata Mohammad Fadlullah.
Meski terdapat kekurangan soal, namun siswa-siswi lainnya tetap mengerjakan soal tepat pada jam 08.00 WIB. Sementara sepuluh siswa ini, terpaksa harus menunggu pihak sekolah yang mengkonfirmasi kekurangan soal tersebut ke Mapolsek Jombang.
''Selang sekitar 40 menit, soal ini baru datang dari Mapolsek Jombang dan langusng kita berikan ke sepuluh siswa itu,'' katanya.
Sebagai konsekuensi atas keterlambatan ini, sepuluh dari 79 siswa tersebut terpaksa mengerjakan soal tak berbarengan. Namun ia mengaku, pihak sekolah tetap mengalokasikan waktu mengerjakan soal yang sama dengan siswa lainnya.
''Kita tambah waktunya sesuai dengan keterlambatan soal, yakni sekitar 40 menit,'' tukasnya.
Ia juga menyayangkan atas kejadian ini. Menurutnya, muridlah yang dirugikan atas keterlambatan soal tersebut.
''Jujur saja, sepuluh siswa ini panik sebelumnya. Karena mereka mengerjakan soalnya tak bersamaan. Kami berharap kejadian ini tak terulang lagi,'' harapnya.
Terpisah, Kepala Dindik Jombang, Setyo Dharmoko mengatakan, atas keterlambatan soal ini, pihaknya akan memberikan toleransi waktu. Hal ini menurutnya, karena keterlambatan tersebut lantaran kesalahan panitia. ''Kita akan beri toleransi waktu,'' kata Setyo.
Disinggung mengenai pemberian toleransi waktu yang diberikan tak ada dalam aturan UN, dia menyebut jika kebijakan tersebut memang diberikan Dindik setempat.
''Memang kita yang membuat kebijakan ini, karena yang salah dalam hal ini adalah panitia, bukan muridnya,'' tukas Setyo.
Sementara soal keterlambatan soal ini, Kapolsek Jombang, AKP Mudakkir mengaku tak mengetahuinya. Ia membantah jika sepuluh soal tersebut lambat didistribusikan. ''Nggak ada yang terlambat, apalagi hilang,'' kata Mudakkir.
Saat didesak mengenai pengakuan keterlambatan yang dilontarkan siswa dan pihak MA Bahrul Ulum, ia berdalih jika belum mengetahui masalah ini.
''Saya belum tahu, coba saya cek lagi,'' kilahnya.
Meski demikian, ia membantah jika keterlambatan tersebut disengaja oleh pihaknya. Lagi-lagi, ia menyebut tak ada keterlambatan, apalagi hilang. ''Nggak ada,'' singkatnya.(ami)
Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,