
JOMBANG – Kaget serta Shock, itulah sedikit perasaan yang terungkap dari kebanyakan warga Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang. Saat mengetahui jika Yansyah (sebutan akrab tetangganya) atau Very Idam Henyansyah alias Ryan (30) akan tega berbuat sadis membunuh lebih dari 10 orang.
Pasalnya, si bujang gemulai ini, selain dikenal pendiam, oleh warga juga di kenal sebagai guru ngaji di Taman Pendidikan Al’quran (TPQ) di Masjid Baiturrohman Desa setempat.
Semasa kecilnya, Ryan juga tidak pernah mempunyai catatan kriminal, lebih lagi melakukan pencurian atau tawuran. Yang mereka tahu, Ryan, adalah sosok yang pendiam dan gemar terhadap anak kecil.
”Ia sering mengajar ngaji, bahkan ia suka sekali merias anak-anak kecil kala ada acara agustusan,” tutur Paining (45) tetangga dekatnya, mengenang sosok Ryan kala masih kecil.
Mengawali pendidikannya, Ryan, juga selesai menghabiskan waktu belajarnya SDN Jatiwates II. Tidak ada yang aneh dengan masa kecil pembunuh berantai ini. Layaknya bocah kecil seusianya, waktunya banyak dihabiskan untuk bermain-main. Bahkan, tanda-tanda yang aneh saat itupun tak muncul dari sosok Ryan.
Kebanyakan orang hanya tahu, jika Ryan lebih senang bermain tali bersama teman-teman ceweknya. ”Masa kecilnya ya biasa, tidak ada yang aneh. Cuma Ryan lebih senang bermain dengan teman cwek dari pada cowok,” ujar Paining.
Semasa menghabiskan waktunya di SDN Jatiwates, Ryan dikenal sebagai murid yang cerdas. Hal itu bisa dilihat dari nilai rapornya yang didominasi oleh angaka 7 dan 8. Sekali lagi, tidak ada hal yang aneh masa kecil mantan guru ngaji ini.
Massa pendidikan menengah Ryan diawali di SMPN 1 Tembelang pada tahun 1990 silam. Kali pertama masuk, Ryan dikenal sopan dengan sesama teman dan terlebih kepada guru yang mengajar. Anaknya juga pendiam meski disebut tegas dalam bersikap. Memasuki kelas 2 Ryan kemudian terpilih sebagai pengurus OSIS bidang kesenian.
’’Kali pertama saya tahu, ketika terungkapnya kasus mutilasi di Jakarta, saya sepertinya tidak asing melihat wajahnya di televisi, kok seperti Ryan murid saya,’’ gumam Lilik Indiyahwati, wali kelas Ryan di SMPN 1 Tembelang.
Bagai disambar petir, guru pada masa Ryan mengajar, rasa ingin tahu terhadap sosok Ryan, yang ditampilkan dalam layar televisi itu semakin dikuatkan dengan pernyataan Marsudi, rekan sesama guru di SMPN 1 Tembelang, yang menjabat sebagai Kaur Kesiswaan.
”Ya, saya ingat berul behwa pelaku mutilasi itu memang benar-benar wajah Ryan,” terang Marsudi, alumnus tata buku dan Ekonomi, heran tidak menduga bila perilakunya berubah 180 derajat.
Ingatan Marsudi, Ryan, saat menuntut ilmu di SMPN I Tembelang, ia terkenal aktif di berbagai kegiatan. Bahkan, pembunuh berantai ini menjadi pengurus OSIS bidang kesenian.
”Hanya saja saat menginjak sekolah lanjutan, kecerdasan Ryan mulai menurun. Nilai dirapornya, juga ikut tak sebagus ketika duduk di bangku sekolah dasar,” kenangnya.
Tiga tahun persis Ryan mengabiskan masa SMP-nya. Setelah itu pria gemulai ini melanjutkan pendidikan ke SMAN 3 Jombang. Namun, entah mengapa, disekolah ini Ryan hanya menjalani tidak lebih dari sebulan.
Hal itu diakui oleh Kasek SMAN 3 Jombang, Hari Winarto. Menurutnya, Ryan hanya sekitar satu bulan menuntut ilmu di sekolah yang dipimpinnya. Ryan hanya mengikuti masa orientasi siswa (MOS) dan pembelajaran tidak lebih dari dua minggu. Praktis, Ryan hanya menikmati sekolah selama sebulan.
Berdasarkan data yang ada disekolah itu, pada pertengahan Agustus 1993 warga Dusun Maijo Desa Jatiwates ini pindah ke Yogyakarta. Meski demikian, tidak ada alasan yang jelas untuk apa Ryan pindah ke kota pelajar itu. ”Karena hanya sebulan, kita tidak begitu paham bagaimana karakter Ryan sebenarnya,” tutur Hari mengenang.
Namun hal itu tidak berlangsung lama. Sebab, tepat tanggal 20 Agustus 1993, Ryan kemudian melanjutkan sekolah ke SMAN Kabuh dengan membawa surat mutasi dari SMAN 3 Jombang. Praktis, sejak saat itu, Ryan tercatat sebagai siswa kelas I-3 SMAN Kabuh dengan nomor induk 388. Namun, lagi-lagi anak pasangan Ahmad dan Saituan ini menghilang tanpa jejak. Bukan hanya guru, teman-teman sekelasnya pun bingung tak tahu keberadaan Ryan. ’’Semua guru senior tidak tahu keberadaan Ryan, tahu-tahu tidak diketahui rimbanya,’’ jelas Abdul Aziz, Kasek SMAN Kabuh.
Selang empat bulan, secara tiba-tiba pria yang berkulit putih ini menampakkan batang hidungnya. Dia lantas pindah ke SMA Avicena yang berlokasi di jalan Sukarno Hatta 174 B Jombang. Alhasil, di sekolah itu, Ryan tercatat sebagai siswa yang baik dan paling tawadlu diantara siswa yang lain pada masa itu.
Selain menjadi siswa, Ryan juga merangkap sebagai pelatih tari siswa. Terutama dalam mengisi kegiatan pentas seni baik di sekolah maupun dalam kegiatan di tempat lain. Di SMA Avicena inilah Ryan menuntaskan sekolahnya. Tidak ada prilaku berbeda yang ditunjukkan Ryan selama tiga tahun sekolah di SMA Avicena.
Termasuk dugaan homosek seperti yang diperkirakan selama ini. Ryan justru tergolong siswa paling patuh dan mengikuti peraturan sekolah dengan baik. Saking patuhnya, Ryan banyak disukai guru dan teman-temannya. Bahkan di sekolah ini, Ryan sempat memiliki teman dekat perempuan bernama Erlin.
Kasek SMA Avicena, Hj Masfuah, yang sudah menjabat selama 20 tahun, mengaku sangat terkejut dengan perubahan perilaku mantan siswanya tersebut. Dimata Masfuah, Ryan justru sangat tawadlu’ dan bisa dipercaya membina kesenian tari disekolahnya.
’’Saya lupa tanggal pastinya, yang jelas semester ganjil dia masuk dan anaknya baik kok,’’ kenang Masfuah, ditemui di ruang kerjanya.
Menurutnya, sikap tawadlu itu masih dirasakan setelah Ryan tamat dari SMA Avicena. Beberapa tahun setelah tamat, Ryan sempat mendatanginya dan menyampaikan kalau dirinya sudah menunaikan rukun Islam kelima. Ryan juga mengaku menjadi guru mengaji di kampung asalnya, Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang.
Dalam pertemuan singkat itu, tambahnya, Ryan masih terlihat ramah dan sopan. Bahkan pria kemayu ini menuturkan pengalamannya menjadi guru ngaji dan selama berhaji di tanah suci Mekah.Selama berhaji itu pula, Ryan merasa dibayangi wajahnya sehingga membuat Ryan harus datang ke SMA Avicena dan menemui Masfuah.
Ikut Sanggar Senam.
Selepas menyelesaikan sekolah SMA Avicena, Ryan mengabdikan diri didesanya sebagai guru ngaji. Kegiatan itu dilakukan pada sore hari. Sedangkan saat pagi hari, Ryan ikut senam di sanggar fitnes Marcella Gymnastic Jombang. Banyak catatan hitam selama Ryan bergabung di sanggar ini. Diantaranya, Ryan pernah melakukan aksi tidak terpuji dengan mengambil telepon seluler dan suplemen kebugaran.
Ryan tercatat hampir 1,5 tahun bergabung sebagai salah seorang member (anggota, Red) fitnes di tempat ini. Penampilannya cukup gaul dengan busana casual, kaos oblong tanpa lengan dan tas kecil menyamping di pinggang. Setiap datang ke sanggar, Ryan seperti mahasiswa dari kalangan menengah ke atas.
Seperti di salon kecantikan, Ryan juga mengaku putra seorang anak kiai di Tambakberas Jombang. Namun Ryan sering menujukkan gelagat sebagai seorang homoseksual. Itu terlihat dari cara bicaranya dengan sesama lelaki yang terlihat lebih mesra, dibandingkan dengan peserta perempuan. Jadwal fitnes Ryan terbilang cukup padat sehingga Ryan memiliki kalender tersendiri.
Selama menjadi member, Ryan juga acapkali izin ke Jakarta untuk mengisi agenda pemotretan sebagai fotomodel. Karena itulah setiap kali ke Jakarta, Ryan tinggal cukup lama sekitar satu bulan. Bahkan beberapa kali Ryan izin meninggal fitnes selama hampir dua bulan karena mengaku ada bisnis di Yogjakarta. Sehingga pemilik sanggar bisa menerima kesibukan Ryan.
Meski berkelakuan baik dan dikenal cukup sopan, Ryan pernah dikonfrontir terkait kasus pencurian handphone yang terjadi di sanggar yang memiliki fasilitas senam dan renang ini. Konfirmasi aksi pencurian itu setelah pemilik menunjukkan almari dan nomor kunci yang diserahkan ke penjaga. Dalam catatan almari dan kunci bok itulah diketahui kalau sebelumnya Ryan pernah membuka.
Sehingga dugaan menguat pada diri Ryan yang menjadi pelaku pencurian. Termasuk hilangnya suplemen kebugaran yang dijual. Seandainya pencurian itu diakui, maka besar kemungkinan Ryan akan dikeluarkan dari sanggar. ’’Waktu itu Ryan sempat marah karena merasa saya tuduh, tapi setelah saya ajak bicara dengan baik-baik, dia tidak tersinggung meski tetap tidak mengaku,’’ kenang pemilik sanggar Marchella, Ida.
Sanggar ini pun tidak memvonis Ryan begitu saja.
Setelah konfrontir kedua kasus itu tidak diakui, Ryan dipersilahkan mengikuti agenda fitnes bersama member lainnya. Bahkan Ryan semakin akrab dengan sesama member dan anggota fitnes yang lain. Termasuk pada Nanik, salah seorang member senam, yang turut menjadi korban kebiadaban Ryan. Oleh teman sesama sanggar, Ryan dan Nanik terakhir terlihat pada bulan April 2008 lalu. Saat keduanya hendak berangkat ke toko emas.
Setelah Nanik dikabarkan hilang dan dicari suaminya, Ida pun memberi warning khusus agar segera memberitahukan kepada dirinya, bila sewaktu-waktu Ryan muncul. Namun, harapan itu tidak pernah menjadi kenyataan. Beberapa hari setelah itu, muncul berita penangkapan Ryan atas kasus mutilasi Heri di Jakarta. ‘’Saya sangat kaget melihat berita di televisi, sebenarnya dia baik, makanya saya tidak menduga kalau selama ini dia seorang pembunuh keji,’’ tutur Ida sambil terus menggelengkan kepala.
Sikap baik itu juga ditunjukkan Nanik, member lainnya yang turut menjadi korban pembunuhan Ryan. Saking baiknya, Ida merasa kasihan karena Nanik turut menjadi korban Ryan. Apalagi, dirinya masih menyimpan baju senam warna hitam yang dipesan secara khusus oleh Nanik. Entah firasat atau tidak, Nanik melakukan pesanan baju fitnes warna hitam. Namun belum sampai diambil, Nanik keburu hilang dan diketahui menjadi korban pembunuhan Ryan.(ami)
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,