JOMBANG – 2 Balita dari Tujuh anggota keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak, asal Desa Sidokaton, Kecamatan Kudu, yang mengalami intoksinasi (keracunan) setelah menyantap kolak dari ketela pohon, kemarin. Hari ini masih menjalani perawatan intensif di Puskesmas Tapen. Sementara 5 pasien lainnya sudah mulai membaik.
Kedua balita tersebut yakni Aristanti (5) dan Anti Estining Rahayu (4), anak kandung dari pasutri Muhammad Kosim (51) dan Yatminah (33). Sebelumnya diduga mengalami keracunan seusai mengonsumsi kolak ketela pohon bersama Ainun Kholifah (15), Apriliani (13), serta adik Yatminah, Rofiatin (16). Dan sekarang tensi badannya masih panas tinggi, meski sejak kemarin sore dirawat di Puskesmas Tapen, secara bersamaan.
Kapala Puskesmas Tapen, Lumadiyah Jatmiko, menerangkan, tujuh orang yang masih dirawat di Puskesmas tersebut, lima diantaranya sudah mulai bisa di ajak berkomunikasi. Hanya saja, dua diantaranya yang masih balita harus menjalani perawatan secara intensif lantaran keadannnya masih lemas.
“Di mungkinkan akibat reaksi makanan, yang membuat suhu badannya masih panas,” ujar Lumadiyah.
Diterangkan dia, lemahnya kondisi kedua balita tersebut, dimungkinkan karena kekebalan tubuhnya yang berbeda dibandingkan dengan kondisi pasien lainnya. Sebab, kecilnya lambung panghancur makanan membuat 2 balita itu masih merasakan efek sisa makanan.
“Dugaan sementara, kolak singkong yang di konsumsi tujuh pasien tersebut, dimungkinkan mengandung bakteri. Namun, kalau melihat pasien balita itu, bisa jadi sisa makanannya masih tersisa dilambung, sehingga kondisi tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih,” terang lulusan Sarjana Kesehatan Masayarakat ini.
Ia juga mengaku, untuk tetap menjaga kekebalan tubuh dua anak pasutri tersebut, pihak puskesmas beserta Dinas Kesehatan (dinkes) Kabupaten Jombang, tetap akan memberikan pemantauan secara intensif.
“Sementara untuk pencegahan, kita tetap berikan infuse dengan kandungan obat-obat anti bodi,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Jombang, Endang Setyawati melalui, Seksi Pengamatan Kesehatan, Yeni Wahyu, membenarkan, jika ketujuh pasien tersebut kuat dugaan mengalami keracunan makanan. Hasil krosceknya, pasien rata-rata mengaku mual-mual seusai mengkonsumsi 3 jenis makanan yang ia temukan di TKP tersebut.
“Sementara ada 3 jenis sisa makanan yang kami persiapkan untuk uji laboraturium, guna mengetahui kandungan racun di tiap-tiap makanan ini,” ujar Yeni Wahyu, usai mengambil sample ke TKP.
Selain mengambil 3 jenis makanan yang bakal di uji di lab. Yeni juga mengatakan, akan membawa sampel satu lagi, yakni muntahan dari tiap-tiap pasien. Sebab, kata dia, 5 pasien yang masih terbaring di puskesmas itu mengaku tidak semua makanan ia konsumsi.
“Tidak semua pasien memakan 3 jenis makanan ini. Jadi, dari muntahan itulah yang nantinya bisa mendukung proses penelitian selanjutnya,” terangnya.
Ia menambahkan, 3 sampel makanan yang di ambil Dinkes yakni, kolak ketela pohon, tumis pepaya, dan ikan laut, serta 1 sampel berupa muntahan 7 pasien tersebut. Rencananya, hari ini jam 16.00wib akan di kirim ke Balai Besar Laboraturium Kesehatan (BBLK) di Surabaya.
“Jam 4 sore kita kirim, ke
Seperti diketahui sebelumnya, bahwa tujuh anggota keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak, dari Desa Sidokaton, Kecamatan Kudu, ini terpaksa dilarikan ke Puskesmas Tapen Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, akibat menderita pusing-pusing, mual dan muntah-muntah, setelah menyantap kolak dari ketela pohon, yang sudah hampir satu hari di masak ini.
Diduga, ketujuh korban tersebut, mengalami intoksinasi setelah menyantap kolak ketela pohon dirumah pasutri tersebut, pada jam 13.00Wib, Selasa (24/6/2008) Sore.
Rofiatin (16), anak korban yang sekarang masih tergeletak lemas di Puskesmas Tapen, mengaku pusing setelah memakan kolak ketela pohon buatan ibunya.
“Usai makan kolak, malah muntah dan mual serta kepala pening mas,” kata Rofiatin, lemas, saat ditemui di Puskesmas Tapen. (amir castro).
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,