
Banyak sudah korban yang berjatuhan karena harga minyak mentah dunia naik terus dan sempat menembus 135 dollar Amerika Serikat per barrel. Karena masalah minyak ini adalah masalah global, korban yang jatuh juga tersebar di seluruh muka bumi.
Banyak pemimpin negara yang pusing memikirkan dampak kenaikan harga minyak untuk perekonomian nasionalnya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak hanya pusing tujuh keliling seperti diakuinya. Setelah memutuskan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 23 Mei 2008, Presiden malah jatuh sakit.
Setelah menaikkan harga premium, solar, dan minyak tanah rata-rata 27,8 persen, Presiden batuk-batuk. Batuk itu muncul karena ia flu berat. Dalam sebulan terakhir Presiden mengaku kurang tidur karena memikirkan beban kenaikan harga BBM bagi rakyat yang memberi amanat.
Korban kenaikan harga BBM berikutnya adalah jutaan rakyat. Dalam hitungan pemerintah, korban yang paling parah berjumlah 19,1 juta keluarga atau setara dengan 76,4 juta jiwa. Karena itu, dengan acuan sangat tinggi, yaitu konstitusi, pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) yang menjadi hak mereka yang miskin.
Selama tujuh bulan, dana BLT sebanyak Rp 14,1 triliun akan dibagikan, setiap keluarga mendapat Rp 100.000 per bulan. Untuk tahun 2009, pemberian BLT akan dipertimbangkan dan dimintakan persetujuan DPR yang memiliki hak dalam penganggaran. Banyak kritik atas program ”memberi ikan” ini. Namun, pemerintah tetap saja jalan.
”BLT, kalau tidak mau, tidak usah diambil. Lucu kalau ada orang menentang BLT. Emang dia miskin? Yang miskin mau datang berduyun-duyun dan ngantre untuk BLT,” ujar Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng.
Komentar Andi disampaikan di setiap kesempatan saat kebijakan BLT dikritik. Mungkin ia juga pusing karena harus menerima demonstran yang berunjuk rasa menentang keputusan Presiden menaikkan harga BBM.
Sebaliknya, menghadapi demonstrasi sebelum dan setelah keputusan kenaikan harga BBM, Wakil Presiden M Jusuf Kalla tidak kekurangan akal. Ia menemui penerima BLT di sejumlah kantor pos.
Kalla mempertahankan argumentasi, BBM murah bersubsidi menguntungkan orang kaya yang memiliki banyak kendaraan. Dengan argumentasi itu, ia mendorong 76,4 juta jiwa penerima BLT mendukung keputusan pemerintah menaikkan harga BBM dan menyadarkan penentang keputusan itu.
”Kalau diajak demonstrasi, jangan mau. Bilangin mereka, lebih enak begini daripada BBM murah,” ujar Kalla.
Meski BLT dibagikan, demonstrasi terus berlanjut, terutama dari dalam kampus. Di tengah maraknya demonstrasi mahasiswa, Presiden Yudhoyono memutuskan mengalihkan Rp 200 miliar anggaran subsidi BBM untuk 400.000 mahasiswa miskin, setiap mahasiswa mendapatkan Rp 500.000 per semester.
Menurut Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo, program yang diberi nama Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) akan dibagikan mulai Juli 2008. Seperti BLT, tahun 2008 BKM juga akan diusulkan ke DPR untuk mendapat persetujuan. Bambang tak mau menjawab saat ditanya apakah program BKM merupakan upaya meredam aksi mahasiswa.
Jika demonstrasi mahasiswa terus berlangsung, penerima BKM yang setara dengan penerima BLT bisa menjalankan peran penerangan mendukung pemerintah.(inu-kmps/amir castro)
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,