Langsung ke konten utama

Merangkak Dalam Kondisi Sulit

Nasib memang sedang tidak berpihak pada Sumiarti (26) warga Dusun Karang asem, Desa Karang Dangangan, Kec Bandarkedungmulyo, Kab Jombang ini.

Setelah tempat tinggal mereka hangus menjadi abu di lalap si jago merah, sesaat setelah ia memasak. Kini mereka harus tinggal dirumah tetangganya yang tak jauh dari sisa abu rumah yang terbakar itu.

Meski tangis dan harap seakan tak pernah lepas dari benaknya, namun, si janda beranak tiga ini tetap berusaha bangkit dan kembali meraih masa depan bersama ketiga buah hatinya.

Deritanya semakin terpukul setelah seisi harta bendanya ludes bersamaan dengan tempatnya berteduh.

Dinding rumah serta atap yang terbuat dari anyaman pohon bambu itu, ludes dilalap api tanpa bekas sedikitpun. Bahkan tiga kambing yang diperolehnya terpanggang hidup-hidup bersam rumanya.

Sumiarti, yang menyandang status janda muda tiga tahun ini, kesehari-hari nya bekerja sebagai buruh tani di pematang sawah tetangganya, hal ini dilakukannya lantaran untuk tetap bisa bertahan hidup dan melanjutkan cita-cita ketiga anaknya. Meskipun biaya hidup semakin meninggi pasca dinaikkannya Harga BBM oleh pemerintah pusat, ia tetap tegar dan berusaha kembali bangkit dari keterpurukan.

Sumiarti yang sempat kehilangan tiga kambing piaraannya, akibat terpanggang hidup-hidup dengan rumahnya, tetap lesu dan tunduk disaat ia terjaga dari lelap tidurnya.

Susana hatinya yang kecewa lantaran kehilangan harta bendanya, membuatnya terpukul dan sedih, meski tampak raut wajahnya tetap mencoba melupakan semua kejadian itu.

Dengan bermodalkan baju yang menempel di badannya. ia dan ketiga anaknya terpaksa harus mengungsi kerumah tetangga dekatnya.

Kebutuhan yang terus meningkat tajam, akibat dinaikannya harga BBM sebesar 28,7%. Membuat Sumiarti, bingung. hanya tenaganya lah yang ia andalkan demi menyambung umur.

“Dulu, setiap kali saya mendapat upah dari kerja di sawah sebanyak Rp 15.000,- sudah sangat cukup buat makan sehari-hari. Tapi tahun ini tidak bisa, karena barang-barang sudah pada naik semua,” ujarnya.

Meski kondisi badannya masih tergolong muda, bekerja membanting tulang tetap saja dia lakukan. Mengais rejeki diantara rumput tanah dan tumbuh-tumbuhan sawah, ia juga rela melakukan pekerjaan itu meski jarak tempuhnya hampir memakan waktu selama setengah jam.

Jalan berbatu, serta kondisi jalan yang licin usai terguyur air langit. Tetap saja tidak membuat nyalinya berkerut.

“Kadang-kadang berangkat jam 6 pagi, jam 3 sore baru pulang. Tapi kalau jalannya licin, bisa jam 5 sore,” terang Sumiarti, sembari memijit kakinya sesaat setelah ia pulang dari tempatnya bekerja.

Kendati demikian, anaknya bungsunya yang baru duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) tersebut itu, masih belum mampu diandalakan untuk meringankan beban hidup ia dan keluarganya.

“Ini hanya sementara saja, kalaupun nanti ada rejeki saya tetap pingin punya rumah sendiri,” ujar ibu tiga anak ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korban Ryan Tembus 11 Orang

Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...

Jelang Eksekusi Mati, Sumiarsih Isi Waktu Latih Napi Bikin Selimut

Kendati hendak di eksekusi mati. Sumiarsih , 65 , otak pembunuhan berencana lima anggota keluarga Letkol Marinir Purwanto di Surabaya, 20 tahun silam, nampak pasrah menghadapi rencana eksekusi Kejagung bulan ini. Bahkan sesekali ia terlihat tegar bersama rekan-rekannya di LP Porong, dengan melakukan kegiatan membuat selimut dari tempat tisu. Dengan mengenakan seragam Napi (narapidana) Lapas Wanita Malang warna biru tua, mata Sumiarsih tampak sayu. Demikian pula wajahnya yang dihiasi garis-garis keriput juga terlihat lelah dan sayup. Namun, Mbah Sih, panggilan akrab- Sumiarsih di antara sesama napi, tetap ingin tampil ramah. "Saya habis bekerja di Bimpas (Bimbingan Pemasyarakatan). Bersama rekan-rekan membuat tempat tisu ini," kata Sumiarsih sambil menunjukkan beberapa hasil karyanya di ruang kantor Entin Martini, kepala Lapas Wanita Malang, yang berlokasi di kawasan Kebonsari, Sukun, itu. Sudah tiga bulan ini Sumiarsih aktif membimbing para wanita penghuni lapas membua...

Ledakan Tangis Pecah Digang Kecil

Dua Korban Ryan, Berangkat Ke Pusara JOMBANG – Ledakan tangis histeris dari dua tempat korban Very Idam Henyansyah alias Ryan (30), yakni Zainul Abidin alias Zaki (21) dan Agutinus Fitri Setiawan alias Wawan (28), muncul dari rumah duka, di gang kecil, saat mengiringi pemakaman dua jenazah menuju pusara, kemarin. Keberadaan dua rumah duka korban Ryan ini, yang sama-sama mempunyai ukuran 36 ini, berubah seketika saat prosesi peyerahan jenazah. Pihak petugas yang ikut mengawal jenazah pun sempat dibuat repot saat menurunkan jenazah dari mobil, lantaran kelurga korban sudah tak kuasa menahan tangis sembari menarik peti mati. Beberapa pelayatpun tercengang berjajar, di antara gang sempit yang hanya bisa di lalui motor itu. Meski deretan kursi sudah sejak pagi disiapkan oleh pihak perangkat desa yang ikut membantu proses pemakaman kedua jenazah. Namun, setidaknya gang sempit itu menjadi satu saksi tersendiri dari pemakaman kedua korban sang pria gemulai asal Maijo itu. Jenazah Zainul Abidi...