Langsung ke konten utama

Kontroversi Mayat 'Asrori'

Diduga, Visum Polres Dan RSD Berbeda

JOMBANG – Misteri mayat yang diketemukan di kebun tebu Dusun Braan Desa/Kecamatan Bandar Kedungmulyo terus memunculkan pertanyaan besar. Sejak beberapa hari terakhir ini tim gabungan dari Polda Jatim dan Mabes Polri terus ‘mengacak-acak’ Jombang, untuk mendapatkan visum seputar mayat kebun tebu itu.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, tim khusus tersebut memburu visum mayat yang ditemukan pada 29 September 2007 karena ada dugaan visum yang dikantongi oleh Polres Jombang berbeda dengan visum yang ada di RSD (Rumah Sakit Daerah) Jombang. Bahkan, sejumlah orang tak dikenal kerap mendatangi rumah sakit untuk mendapatkan visum mayat kebun tebu yang notabene asli tersebut.


“Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, akhirnya pihak rumah sakit Jombang langsung mengirimkan visum tersebut ke Polda Jatim,” ujar salah satu sumber yang ada di RSD Jombang, Senin (1/09/), kemarin.

Dijelaskan dia, visum mayat yang ditemukan di kebun tebu pada tanggal 29 September 2007, yang notabene masih asli itu, saat ini sudah berada di Polda Jatim. “Kita kirim Ke Polda jam 12.00. tadi, karena kami ingin itu tetap aman,” katanya

Dia mengatakan, jika visum yang menjadi arsip di rumah sakit itu dikirim melalui fax dengan tujuan tiga lembaga. Yakni, Dokkes Polda Jatim, Lab Forensik Polda Jatim, dan Ditreskrim Polda Jatim.

Lebih jauh, Sumber yang tidak mau disebutkan namanya ini meyakini, bahwa visum yang masih asli adalah yang ada di RSD Jombang. Menurutnya, jika dokumen visum yang sudah berada diluar rumah sakit pihaknya sama sekali tidak berani menjamin keutuhannnya.

Pun demikian, saat ditanya seputar perbedaan visum yang ada di rumah sakit dan yang ada di Polres Jombang ? Oleh sumber, iahanya menjelaskan bahwa ada sedikit perbedaan antara visum dan RSD dan Polres.

“Yang pasti sudah ada yang dirubah. Dan ketika mayat diotopsi di RSD, mayat yang diduga “Asrori” itu sudah diberi identitas oleh polisi,” tegasnya tanpa mau menjelaskan secara detail.

Polsek Bandar 2 Kali Salah Tangkap

Sementara itu, praktik salah tangkap yang dilakukan oleh jajaran Polsek Bandar Kedungmulyo terhadap Imam Hambali alias Kemat (30) dan Devid Eko Prianto (19) ternyata bukan kali pertama. Sebelumnya, Polsek yang berdekatan dengan Puskesmas Bandar Kedungmulyo ini juga pernah melakukan hal serupa.

Kasus salah tangkap yang dilakukan oleh Polsek Bandar Kedungmulyo, berawal dari salah seorang santri pondok yang ada diwilayah setempat telah dituduh melakukan pencurian. Polisi yang mengatahui hal itu tanpa didasari dengan fakta dan bukti yang mengarah pada tindakan tersebut, santri tersebut lantas dipukuli dan dipaksa mengakui perbuatan yang tidak dilakukan.

“Setelah puas memukuli santri, eh ternyata pencuri yang sesungguhnya tertangkap,” ujar Agus salah satu warga setempat, Senin (01/09/), kemarin.

Menurut Agus, imbas dari salah tangkap yang dilakukan polisi itu, akhirnya menyulut kemarahan para santri. Rumah salah satu anggota Polsek Bandar Kedungmulyo yang berinisial Zm (47) yang nyaris dibakar massa.

“Orang-orang pondok marah karena polisi telah menghajar dan memukuli santri yang tidak bersalah,” katanya.

Agus mengatakan, sebeneranya kemarahan massa yang hendak membakar rumah Oknum polisi tersebut, didasari atas rasa kekecewaan dan kesewenang-wenangan aparat itu sendiri. Sebab, kata dia, polisi Bandar memang sering melakukan intimidasi terhadap warga sekitar jika ada salah satu warga yang tersangkut kasus tertentu tanpa ada pebuktian yang jelas.

“Untung saja rumah polisi yang ada di Desa Pucangsimo itu tak jadi dibakar, karena bisa diredam. Sudah begitu, kok nggak kapok juga, eh malah diulangi lagi dalam kasus 'Asrori',” ujar Agus, jengkel.

Lebih jauh, dalam kasus Asrori, Ibunda Devid, menyatakan, bahwa polisi yang bernama Zm ini sering membuat ulah dan sombong. Menurutnya, salah satu saksi mata yang memberikan informasi pada dirinya, bahwa oknum polisi yang bernama Zm ini, memberi Devid uang sebesar Rp 20 ribu dan di suruh meninggalkan Jombang.

“Waktu ngopi di pinggir jalan mas, Devid di beri uang Rp 20 ribu dan di suruh lari dari Jombang oleh Pak Zm (oknum polisi itu). Akhirnya, Devid pergi ke rumah neneknya di Tuban dan ditangkap. Padahal itu semua sudah di rencanakan,” tutur Siti Rohkhanah, getir.

Rokhanah, yang sejak 3 tahun terakhir ini tak bertemu dengan Suaminya, Agus Sumarto (42), lantaran sedang bekerja sebagai kuli bangunan di Maluku, meyakini jika keterlibatan anak sulungnya ini sebenarnya ada syarat rekayasa polisi. Pasalnya, ia yakin bahwa Devid yang dikenal penurut dan pendiam ini tak akan berbuat kejam dengan membunuh temannya sendiri.

“Saya yakin ini fitnah, anak saya itu tidak pernah begitu, dia itu penurut, pendiam dan tidak pernah keluar rumah,” urai ibu 4 anak ini singat, sembari menyeka air matanya.

Terpisah, Kejaksaan Negeri (Kejari) Jombang, juga mulai menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jatim, terkait dengan pemeriksaan terhadap Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Kejaksaan Negeri Jombang yang menangani kasus pembunuhan mayat di kebun tebu pada 29 September 2007 lalu.

Dari informasi yang didapat, sejumlah Kepala Seksi (kasi ) yang ada di lingkungan kejari, juga ikut diperiksa bersamaan dengan Kepala Kejari Jombang, Sumardi SH. Rombongan 4 orang menuju Kantor Kejati Jatim ini, berangkat sekitar pukul 07.00 dari kantor kejari.

Namun, Sudarso SH, Kasipidum Kejari Jombang menampik jika rombongan 4 orang tersebut menjalani pemeriksaan di Kejati Jatim. Kata dia, rombongan tersebut tidak ada hubungannnya dengan kasus Asrori.

“Tidak ada, disana itu Pak Kejari hanya menghadiri undangan peresmian rumah baru, jadi tidak ada hubungannya dengan kasus Asrori,” elak Sudarso.

Menurut Sudarso, 4 orang yang terdiri dari Kepala Kejari Jombang, Sumardi SH, Kasi Intel Sugimin serta dua jaksa Penuntut Umum terpidana Kemat-Devid serta terdakwa Maman Sugainto, hanya menhadiri undangan di Kejati

“Sudah lah, semuanya tidak ada hubugannnya dengan kasus Asrori, itu urusan polisi bukan kita,” tandasnya singkat.(ami)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korban Ryan Tembus 11 Orang

Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...

Jelang Eksekusi Mati, Sumiarsih Isi Waktu Latih Napi Bikin Selimut

Kendati hendak di eksekusi mati. Sumiarsih , 65 , otak pembunuhan berencana lima anggota keluarga Letkol Marinir Purwanto di Surabaya, 20 tahun silam, nampak pasrah menghadapi rencana eksekusi Kejagung bulan ini. Bahkan sesekali ia terlihat tegar bersama rekan-rekannya di LP Porong, dengan melakukan kegiatan membuat selimut dari tempat tisu. Dengan mengenakan seragam Napi (narapidana) Lapas Wanita Malang warna biru tua, mata Sumiarsih tampak sayu. Demikian pula wajahnya yang dihiasi garis-garis keriput juga terlihat lelah dan sayup. Namun, Mbah Sih, panggilan akrab- Sumiarsih di antara sesama napi, tetap ingin tampil ramah. "Saya habis bekerja di Bimpas (Bimbingan Pemasyarakatan). Bersama rekan-rekan membuat tempat tisu ini," kata Sumiarsih sambil menunjukkan beberapa hasil karyanya di ruang kantor Entin Martini, kepala Lapas Wanita Malang, yang berlokasi di kawasan Kebonsari, Sukun, itu. Sudah tiga bulan ini Sumiarsih aktif membimbing para wanita penghuni lapas membua...

galeri 1000 Puisi Untuk RA KARTINI

FOTO : DUTA/AMIR CASTRO Captoin : SIMBOL PERLWANAN KARTINI MELAWAN PENINDAS FEODAL. Sejumlah mahasiswa STKIP PGRI Jombang, peringati Hari Kartini dengan memajang karya mereka dalam tema 1000 Puisi Untuk RA KARTINI.