Langsung ke konten utama

Ini Bukan Yang Pertama

Sebagai rakyat kecil yang masih tertatih-tatih bangun di negara kaya seperti di Indonesia. Tetap saja sangat sulit. Disaat masyarakat membutuhkan perlidungan, mereka pasti diwajibkan membayar 'iuran'.

Inilah potret kinerja instutisi negara 'kita' yang digaji dengan tetesan keringat, dahaga serta lapar jutaan rakyatnya. Belum lagi, tetesan itu berujung malapetaka. Pentungan trantib dan todongan pistol, masih saja menghantui. Padahal dari situ rakyat bisa membayar pajak yang notabene untuk menggaji mereka, mengisi perut, menyekolahkan anak dan lain sebagainya.

Ya, seperti kasus dugaan salah tangkap yang dilakukan oleh jajaran Polsek Bandar Kedungmulyo, di Resort Kepolisian Jombang terhadap 3 orang. Diantaranya Imam Hambali alias Kemat (30) dan Devid Eko Prianto (19) serta Maman Sugianto alias Sugik (32), yang bukan kali pertama, kita di suguhi oleh kejamnya kinerja institusi polisi.

Kinerja aparat Mapolsek Bandar Kedung mulyo, yang berdekatan dengan Puskesmas ini, pernah melakukan hal serupa, dengan melakukan intimidasi dan paksaan kepada orangtak bersalah untuk mengekui kasus pembunuhan. Bahkan, jauh sebelum kasus mayat kebun tebu yang diduga Asrori muncul ke permukaan.

Saat itu, Polsek Bandar Kedungmulyo menangkap salah seorang santri pondok yang ada di wilayah setempat. Santri apes itu diduga telah melakukan tindak pencurian. Tanpa didasari fakta, oleh polisi sang santri tersebut dipukuli dan dipaksa mengakui perbuatan yang tidak dilakukan. “Sudah begitu, ternyata pencuri yang sesungguhnya tertangkap basah. Sehingga tuduhan terhadap santri apes itu mentah,” ujar beberapa warga Kecamatan Bandar Kedungmulyo, kemarin.

Menurut warga, imbas dari salah tangkap itu rumah salah satu anggota Polsek Bandar Kedungmulyo yang bernama Zaimudin (47) nyaris dibakar massa. Orang-orang pondok marah karena polisi telah menghajar dan memukuli santri tidak bersalah.

Beruntung, kemarahan massa yang akan membakar rumah di Desa Pucangsimo, Kecamatan Bandar Kedungmulyo itu bisa diredam. “Sudah begitu kok nggak kapok. Malah diulangi lagi dalam kasus Asrori,” ujarnya jengkel.

Belakangan juga diketahui, Zaimudin adalah salah satu anggota polsek yang ikut dilayar ke Polda Jatim. Lewat Zaimudin inilah Devid diberi uang sebesar Rp 20 ribu dan disuruh meninggalkan Jombang. Sehingga kesan yang muncul, Devid tertangkap pada saat melarikan diri ke luar kota.(dumas/ami/suf/bjc).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korban Ryan Tembus 11 Orang

Polisi akan menjerat Ryan dengan pasal hukuman mati. JOMBANG -- Halaman belakang rumah Very Idam Henyansyah (34 tahun) tak ubahnya kuburan massal. Sampai dengan Senin (28/7), 10 jenazah ditemukan di sana. Dengan demikian, korban pembunuhan yang dilakukan Ryan telah 11 orang. Bertambahnya jumlah korban pria gemulai itu diketahui setelah dilakukan penggalian lanjutan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kec Tembelang, Kab Jombang, Jawa Timur. Kemarin, polisi menemukan enam jenazah. Pada penggalian sebelumnya, polisi menemukan empat jenazah. Keberadaan enam mayat itu diketahui saat Ryan diperiksa di Markas Polda Jawa Timur. Ryan lalu digiring untuk menunjukkan lokasinya. Penggalian pun dilakukan delapan jam, mulai pukul 10.00 WIB. Ryan berada di lokasi dengan tangan dan kaki diborgol. Kepada polisi, kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Herman Sumawireja, Ryan mengatakan masih ada lima mayat. ''Tapi, kami menemukan enam,'' katanya saat menyaksikan penggalian. Mayat-mayat itu ...

Jelang Eksekusi Mati, Sumiarsih Isi Waktu Latih Napi Bikin Selimut

Kendati hendak di eksekusi mati. Sumiarsih , 65 , otak pembunuhan berencana lima anggota keluarga Letkol Marinir Purwanto di Surabaya, 20 tahun silam, nampak pasrah menghadapi rencana eksekusi Kejagung bulan ini. Bahkan sesekali ia terlihat tegar bersama rekan-rekannya di LP Porong, dengan melakukan kegiatan membuat selimut dari tempat tisu. Dengan mengenakan seragam Napi (narapidana) Lapas Wanita Malang warna biru tua, mata Sumiarsih tampak sayu. Demikian pula wajahnya yang dihiasi garis-garis keriput juga terlihat lelah dan sayup. Namun, Mbah Sih, panggilan akrab- Sumiarsih di antara sesama napi, tetap ingin tampil ramah. "Saya habis bekerja di Bimpas (Bimbingan Pemasyarakatan). Bersama rekan-rekan membuat tempat tisu ini," kata Sumiarsih sambil menunjukkan beberapa hasil karyanya di ruang kantor Entin Martini, kepala Lapas Wanita Malang, yang berlokasi di kawasan Kebonsari, Sukun, itu. Sudah tiga bulan ini Sumiarsih aktif membimbing para wanita penghuni lapas membua...

galeri 1000 Puisi Untuk RA KARTINI

FOTO : DUTA/AMIR CASTRO Captoin : SIMBOL PERLWANAN KARTINI MELAWAN PENINDAS FEODAL. Sejumlah mahasiswa STKIP PGRI Jombang, peringati Hari Kartini dengan memajang karya mereka dalam tema 1000 Puisi Untuk RA KARTINI.