Tinggalkan Ladang, Demi Tradisi
JOMBANG – Tradisi perang petasan yang sudah berjalan selama puluhan tahun di Desa Keras, Kecamatan Diwek, Kebupaten Jombang, seakan tak bisa di patahkan dengan hanya melakukan razia dan perampasan.
Praktis, upaya aparat kepolisan Resort Jombang, yang melakukan razia hingga memnciptakan efek jera terhadap sejumlah peracik petasan di sejumlah wilayah tersebut, tak mampu membendung tradisi dan aktivitas warga Desa Keras Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang, untuk tetap meracik bahan-bahan petasan.
Ditambah lagi, masuknya bulan Ramadhan. Sejumlah warga yang berprofesi sebagai petani ini, mulai berbalik arah menjadi peracik petasan demi tetap mempertahankan tradisi pesta petasan dan generasi hidup keluarga.
Tak ayal, selama sepekan sebelum masuk bulan puasa dan sesudah lebaran, setiap rumah sudah mempunyai petasan dalam jumlah yang sangat banyak. Mulai dari jenis kembang api, sreng dor, letek sampai jenis petasan besar yang berderat panjang di sepanjang gang sempit padat penduduk yang + perpenghuni 3.000 jiwa itu.
Desa yang terletak disebelah selatan kota + 4 kilo meter dari jantung kota Jombang ini, mempunyai tradisi unik, yang sedang dibangun selama puluhan tahun. Praktis pesta unik yang biasa di lakukan warga di kala usai lebaran atau H+7 idul fitri ini, menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagain masyarakat jawa timur.
Tidak tanggung-tanggung pesta yang biasa di mulai sejak pukul 19.00 malam labaran ketupat, itu, mampu mengundang ribuan pengunjung dari berbagai daerah. Mulai dari Kota Kediri, Telungagung, Jembar, Banyuwangi, Surabaya, bahkan ada juga yang dari Bali. Mereka rela mengantri masuk gang sempit di area padat penduduk demi melihat tradisi perang petasan.
Konon eforia perang petasan yang sudah berjalan selama puluhan tahun dari tahun 40-an ini, diwariskan oleh salah seorang pensiunan TNI angkatan 45. Keahlian membuat macam-macam jenis petasan ini pun berkembang dan terus menjadi tradisi bagi sebagian warga yang berlokasi 4 kilo meter dari jantung kota santri itu.
Tak jarang jika warisan keahlian meracik bahan peledak ini, kadang juga menjadi aktivitas yang menguntungkan bagi sebagian warga Desa Keras, kala bulan Ramadhan tiba. Meski, hukuman lima tahun penjara juga sering membanyangi mereka. Swepping aparat kepolisian juga tak pelak menjadi suasana yang tak asing di Desa kecil yang berdekatan dengan Makam pendiri Nahdhatul Ulama (NU) ini.
"Kalau sudah tradisi mau bagaimana lagi ? ," tutur Solikhin (57), salah satu warga Desa Keras, yang juga biasa meracik petasan kala bulan Ramadhan tiba.
Menurut Sholikhin, awal merebaknya perang petasan dan bisnis petasan di desanya itu bermula dari iseng untuk meramaikan datangnya Idul Fitri. Dengan berbekal keahlian yang di dapatkan dari salah seorang tentara angkatan 45 tersebut, Lutfi pun mecoba membuat petasan dengan jenis yang sederhana.
Alhasil, kebiasaan sejak tahun 40-an ini pun akhirnya mulai menjalar ke sejumlah warga hingga menjadi tradisi yang mendarah daging. Bahkan, setiap Idul Fitri, warga setempat juga sering menggelar pesta petasan. Hingga agenda rutin menyambut tutup Idul Fitri dengan pesta petasan yang disulut bersama-sama itu seakan sulit terpisahkan dari warga.
Tidak tanggung-tanggung pesta yang biasa di mulai sejak pukul 19.00 malam menjelang labaran ketupat itu, juga cukup menarik perhatian ribuan pengunjung dari berbagai daerah, mulai dari Kota Kediri, Telungagung, Jembar, Banyuwangi, Surabaya, bahkan ada juga yang dari Bali. Mereka rela mengantri masuk gang sempit di area padat penduduk demi melihat tradisi perang petasan digelar.
"Biasanya kalau sudah H+7 warga sudah tidak ada yang meracik lagi, jadi kalau masih ada sisa, ya kita habisin di malam lebaran ketupat itu," cetus kakek tua ini.
Kendati Sholikhin sendiri sudah berhenti meracik petasan, namun bagi warga Desa Keras, untuk berhenti memproduksi petasan masih sangat jarang dilakukan. Bahkan, sebagian warga justru banyak yang terus melakukan inovasi terbaru untuk membuat jenis-jenis petasan dengan
jenis yang paling unik. Tak ayal, hampir semua jenis petasan bisa dibuat oleh warga Desa Keras. Mulai petasan jenis ledak sampai kembang api dengan berbagai warna.
"Kalau dulu membuat kembang api yang memancarkan warna susah, apalagi yang mempunyai daya ledak keras. Tapi, sekarang warga sudah mulai bisa membuat jenis baru," ucap Sholikhin, sembari menyebut bahwa warga menggunakan bahan baku belerang, potasium dan BR untuk membuat macam-macam jenis petasan.
Sholikin sendiri juga tak mengetahui persis asal-muasal warga mendapatkan bahan-bahan berbahaya tersebut. Hanya saja, menurut dia, karena warga lebih memilih bungkam maka ia sendiri tak bisa mengetahui dengan banyak, dari mana asal barang baku yang bisa menghasilkan daya ledak keras tersebut. “Kalau bukan peracik sendiri, tidak ada yang tahu,” lanjutnya.
Sementara, Petugas kepolisian Resort Jombang sendiri sangat ekstra hati-hati untuk masuk desa penghasil petasan terbesar di Jombang ini. Bahkan konon kabarnya, warga juga sempat memberontak dan melakukan perlawan saat sejumlah polisi berusaha membabat habis bisnis petasan di Desa Keras tersebut.
Hingga saat ini, aktivitas warga yang membuat petasan yang terkadang juga dipasok keluar daerah itu, tetap tak mampu dibendung aparat kepolisian setempat. "Dulu kalau ada penggerebekan, terpaksa kita kucing-kucingan, ngumpet cari tempat aman," tutur Sholikhin, singkat.(ami) http://dutamasyarakat.com/1/02dm.php?mdl=dtlartikel&id=3240
Wah iyo cak.... rame temen nek pas Tradisi petasan dimulai, nek Mbiyen ono hadiah e Wedus, Mbuh lebaran kemarin....
BalasHapusAku nek dhelok se... oke lah nek pasca Bom Bali Pemerintah ngelarang Mercon dan sejenisnya(sreng dor,kacang2an, korek, tikus), Tapi Kalo Itu sudah jadi Tradisi dan rejeki Warga Desa Keras Piye maneh.... sama halnya mercon yang udah jadi tradisi di Betawi...hehe so "Polisi" Kudu cerdaslah Liat Fenomena di Keras
Cukir
Lamuk-redam.Blogspot.com
mercon iku ciri khas e wong keras .... pak pulisi,tolong yo ojo mateni tradisi ne deso keras,, pak pulisi dadi pengontrol lan pengaman ae .... bolo2 ku jo di cekeli .... ok ....
BalasHapussalam dar..der..door...
Ttd
arek keras...