PROFESI, entah apapun namannya. Baik itu Guru, Dokter, hingga ia yang bekerja sebagai perangkat negara. (Pejabat).
Semua, punya harapan yang sama, yakni sejahtera. Memberi makan cukup buat keluarga, hingga bisa menumpuk sebagain harta sebagai tabungan dimasa tua.
Begitulah kira-kira. Semua profesi pasti mempunyai fungsi. Mereka yang menjadi Guru, pasti ingin mempunyai banyak Murid, atau Siswa.
Entah bagaimanapun caranya, mulai dari mengasah diri sendiri, hingga menciptakan kurikulum yang benar-benar mampu menarik perhatian masyarakat luas. Apalagi, seiring dengan perkembangan zaman, setiap orang pasti akan berusaha untuk tetap tidak bodoh.
Memilih Guru, memilih Sekolah, dan Fasilitas, pasti akan ditempuh setiap orang yang memang benar-benar ingin maju. Intinya, tak ada kata "BODOH...!!!"
Tapi,,,,,kalau sudah tidak ada yang "BODOH...!!!". Sekolah bisa jadi sepi, dan bagaimana dengan gaji para guru??? hehehe.
Selain Guru, mereka yang menjadi Dokter juga mempunyai harapan yang sama. Dengan berbekal ilmu yang diandalkannya, diapun tetap berusaha untuk memanjakan setiap pasien yang ia terima. Mulai dari menekan biaya berobat, menggubah model pelayanan medis dengan cepat dan akurat, hingga memberikan dosis tinggi agar si pasien kalau sakit bisa kembali berobat ketempatnya.
Tak ayal, Si Dokter-pun bisa menjadi seseorang yang yang bisa diandalkan setiap masyarakat dalam menyembuhkan berbagai penyakit.
Dan intinya, si dokter pasti tidak mau kehilangan pasien dalam setiap harinya. Bahkan, bila perlu setiap hari klinik atau rumah sakit yang dibangunya, tak sepi dari pasien. Artinya “semoga masih ada orang yang belum sehat (sakit),.....
Dari semua itu, diakuai atau tidak, setiap orang yang mempunyai profesi atau model pekerjaan, pasti mempunyai harapan yang sama. Yakni doa mereka pasti sama, mengharap kesejahteraan.
Beberapa orang yang bekerja sebagai Polisi, Pejabat, sampai Wartawan, juga sama.
Polisi berharap bisa mengungkap kasus, sebagai prestasi, dan pejabat, bisa mendapat posisi tetap yang didambakan atasan. Bila perlu, berkelit diantara kebijakan, atau Asal Bapak Senang (ABS)...
Sementara posisi yang selalu tidak enak, adalah Wartawan. Mereka yang bekerja pada posisi ini selalu harap-harap cemas saat tidak ada Berita. Apalagi mereka yang bekerja sebagai Kontributor sebuah media. Doa mereka pasti bertolak belakang dengan para kiai.
Ingatanku saat beberapa kawan Jurnalis mengikuti Doa bersama, tidak ada satupun dari mereka yang mengucap kata "Amin...."
Bagaimana tidak, saat kiai mengucap Do'a semoga tidak ada gempa dan bencana, beberapa Wartawan hanya tertawa kecut sembari menggerutu” ..."jangan semua dihilangkan, sisakan buat kami berita yang bagus, biar kita sama-sama makan,”. hehe.
Bahkan yang lebih ekstrim lagi, ada yang sempat menyebut, "kita sama-sama punya profesi bos. Jangan berharap yang tidak menguntungkan bagi kami," hehehehe.
Dipungkiri atau tidak semua butuh kesejahteraan. Harapan dan Doa yang diucapkan, bisa jadi selalu bertolak belakang dengan yang lain. Bahkan sang Kiai juga sama. Jika kondangan sepi, bagaimana dia bisa memberi makan anak dan istrinya..?? ( "wah tak ada amplop Bu,.! Sepi hari ini)
wkwkkwkwkwkw
Begitulah kira-kira. Semua profesi pasti mempunyai fungsi. Mereka yang menjadi Guru, pasti ingin mempunyai banyak Murid, atau Siswa.
Memilih Guru, memilih Sekolah, dan Fasilitas, pasti akan ditempuh setiap orang yang memang benar-benar ingin maju. Intinya, tak ada kata "BODOH...!!!"
Dari semua itu, diakuai atau tidak, setiap orang yang mempunyai profesi atau model pekerjaan, pasti mempunyai harapan yang sama. Yakni doa mereka pasti sama, mengharap kesejahteraan.
Sementara posisi yang selalu tidak enak, adalah Wartawan. Mereka yang bekerja pada posisi ini selalu harap-harap cemas saat tidak ada Berita. Apalagi mereka yang bekerja sebagai Kontributor sebuah media. Doa mereka pasti bertolak belakang dengan para kiai.
Ingatanku saat beberapa kawan Jurnalis mengikuti Doa bersama, tidak ada satupun dari mereka yang mengucap kata "Amin...."
Bagaimana tidak, saat kiai mengucap Do'a semoga tidak ada gempa dan bencana, beberapa Wartawan hanya tertawa kecut sembari menggerutu” ..."jangan semua dihilangkan, sisakan buat kami berita yang bagus, biar kita sama-sama makan,”. hehe.
Dipungkiri atau tidak semua butuh kesejahteraan. Harapan dan Doa yang diucapkan, bisa jadi selalu bertolak belakang dengan yang lain. Bahkan sang Kiai juga sama. Jika kondangan sepi, bagaimana dia bisa memberi makan anak dan istrinya..?? ( "wah tak ada amplop Bu,.! Sepi hari ini)
Komentar
Posting Komentar
Mo Komentar Disini Bos,,,