PROFESI, entah apapula namannya. Baik itu Guru, Dokter, hingga ia yang bekerja sebagai perangkat negara. Semua punya harapan yang sama, yakni sejahtera. Memberi makan cukup buat keluarga, hingga bisa menumpuk sebagain harta dimasa tua.
Begitulah kira-kira yang terjadi. Semua profesi pasti mempunyai fungsi. Mereka yang menjadi guru, pasti ingin mempunyai banyak murid. Entah bagaimanapun caranya, mulai dari mengasah diri sendiri, hingga menciptakan kurikulum yang benar-benar mampu menarik perhatian masyarakat luas. Apalagi, seiring dengan perkembangan jaman, setiap orang pasti akan berusaha untuk tetap tidak bodoh.
Memilih guru, memilih sekolah, memilih kurikulum, pasti akan ditempuh setiap orang yang memang benar-benar ingin maju. Intinya, tak ada kata bodoh.... tapi kalau sudah tidak ada yang bodoh, sekolah bakal sepi dong,,,,hehehehehe.
Selain guru, mereka yang menjadi Dokter juga mempunyai harapan yang sama. Dengan berbekal ilmu yang diandalkannya, diapun tetap berusaha untuk memanjakan setiap pasien yang ia terima. Mulai dari menekan biaya berobat, menggubah model pelayanan medis dengan cepat dan akurat, si dokterpun bisa menjadi dokter yang bisa diandalkan setiap masyarakat.
Intinya, si dokter pasti tidak mau kehilangan pasien dalam setiap harinya. Si dokter pasti berharap bagaimana si pasien yang berobat ke dirinyasemakin banyak. Bahkan, bila perlu setiap hari, klinik atau rumah sakit yang dibangunya, tak sepi dari pasien. Artinya “semoga masih ada orang yang belum sehat,..
Dari semua itu, diakuai atau tidak, setiap orang yang mempunyai profesi atau model pekerjaan, pasti mempunyai harapan yang sama. Yakni doa mereka pasti sama, mengharap kesejahteraan.
Selain dokter dan guru. Beberapa orang yang bekerja sebagai polisi, pejabat, sampai wartawan, juga sama. Polisi berharap bisa mengungkap kasus, sebagai prestasi, dan pejabat, bisa mendapat posisi tetap yang didambakan atasan. Bila perlu, berkelit diantara kebijakan, atau Asal Bapak Senang...
Sementara posisi yang selalu tidak enak, adalah wartawan. Mereka yang bekerja pada posisi ini selalu harap-harap cemas saat tidak ada berita. Apalagi mereka yang bekerja sebagai kontibutor sebuah media. Doa mereka pasti bertolak belakang dengan para kiai.
Ingatanku saat beberapa kawan jurnalis mengikuti doa bersama, tidak ada satupun wartawan yang mengucap kata Amin..
Bagaimana tidak, saat kiai mengucap doa semoga tidak ada gempa dan bencana, beberapa wartawan hanya tertawa kecut sembari menggerutu” jangan semua dihilangkan, sisakan buat kami berita yang bagus, biar kita sama-sama makan,”. Bahkan yang lebih ekstrim lagi, ada yang sempat menyebut, kita sama-sama punya profesi bos,,jangan berharap yang tidak menguntungkan bagi kami...hehehehe
Dipungkiri atau tidak semua butuh kesejahteraan. Harapan dan doa yang diucapkan selalu bertolak belakang dengan yang lain.,,bahkan kiai juga sama, jika kondangan sepi, bagaimana dia bisa memberi makan anak dan istrinya....(wah tak ada amplop bu, sepi hari ini) hehehehehe.
Begitulah kira-kira yang terjadi. Semua profesi pasti mempunyai fungsi. Mereka yang menjadi guru, pasti ingin mempunyai banyak murid. Entah bagaimanapun caranya, mulai dari mengasah diri sendiri, hingga menciptakan kurikulum yang benar-benar mampu menarik perhatian masyarakat luas. Apalagi, seiring dengan perkembangan jaman, setiap orang pasti akan berusaha untuk tetap tidak bodoh.
Memilih guru, memilih sekolah, memilih kurikulum, pasti akan ditempuh setiap orang yang memang benar-benar ingin maju. Intinya, tak ada kata bodoh.... tapi kalau sudah tidak ada yang bodoh, sekolah bakal sepi dong,,,,hehehehehe.
Selain guru, mereka yang menjadi Dokter juga mempunyai harapan yang sama. Dengan berbekal ilmu yang diandalkannya, diapun tetap berusaha untuk memanjakan setiap pasien yang ia terima. Mulai dari menekan biaya berobat, menggubah model pelayanan medis dengan cepat dan akurat, si dokterpun bisa menjadi dokter yang bisa diandalkan setiap masyarakat.
Intinya, si dokter pasti tidak mau kehilangan pasien dalam setiap harinya. Si dokter pasti berharap bagaimana si pasien yang berobat ke dirinyasemakin banyak. Bahkan, bila perlu setiap hari, klinik atau rumah sakit yang dibangunya, tak sepi dari pasien. Artinya “semoga masih ada orang yang belum sehat,..
Dari semua itu, diakuai atau tidak, setiap orang yang mempunyai profesi atau model pekerjaan, pasti mempunyai harapan yang sama. Yakni doa mereka pasti sama, mengharap kesejahteraan.
Selain dokter dan guru. Beberapa orang yang bekerja sebagai polisi, pejabat, sampai wartawan, juga sama. Polisi berharap bisa mengungkap kasus, sebagai prestasi, dan pejabat, bisa mendapat posisi tetap yang didambakan atasan. Bila perlu, berkelit diantara kebijakan, atau Asal Bapak Senang...
Sementara posisi yang selalu tidak enak, adalah wartawan. Mereka yang bekerja pada posisi ini selalu harap-harap cemas saat tidak ada berita. Apalagi mereka yang bekerja sebagai kontibutor sebuah media. Doa mereka pasti bertolak belakang dengan para kiai.
Ingatanku saat beberapa kawan jurnalis mengikuti doa bersama, tidak ada satupun wartawan yang mengucap kata Amin..
Bagaimana tidak, saat kiai mengucap doa semoga tidak ada gempa dan bencana, beberapa wartawan hanya tertawa kecut sembari menggerutu” jangan semua dihilangkan, sisakan buat kami berita yang bagus, biar kita sama-sama makan,”. Bahkan yang lebih ekstrim lagi, ada yang sempat menyebut, kita sama-sama punya profesi bos,,jangan berharap yang tidak menguntungkan bagi kami...hehehehe
Dipungkiri atau tidak semua butuh kesejahteraan. Harapan dan doa yang diucapkan selalu bertolak belakang dengan yang lain.,,bahkan kiai juga sama, jika kondangan sepi, bagaimana dia bisa memberi makan anak dan istrinya....(wah tak ada amplop bu, sepi hari ini) hehehehehe.
https://www.facebook.com/notes/amer-zakky/harapan-yang-selalu-berbeda/469790124845
BalasHapus